KETIK, PROBOLINGGO – Suasana politik jelang Pemilu 2024 semakin menghangat jelang masa pendaftaran nama calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Terkini, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar ditunjuk sebagai Cawapres dari Anies Baswedan. Sebagaimana diketahui Anies merupakan Capres yang diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang beranggotakan Partai NasDem, PKS, dan Demokrat sejak beberapa waktu lalu.
Pendiri yayasan Al Hasanah Foundation Najib Salim Attamimi memprediksi, dalam Pemilu 2024 mendatang hanya akan ada 2 pasangan Capres dan Cawapres yang akan bersaing memperebutkan posisi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (RI). “Melihat situasi dan kondisi politik saat ini. Sepertinya hanya akan ada dua pasangan capres-cawapres nantinya,” ujarnya, Jum'at (1/9/2023).
Disebutkannya, pasca penunjukan Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres pilihan dari Capres Anies Baswedan, hal itu membuat banyak tokoh politik lain makin bingung dalam menentukan dukungan politik. Sehingga proses bongkar pasang koalisi masih akan terjadi hingga pendaftaran Capres dan Cawapres ke KPU pada 19 Oktober 2023 - 25 November 2023 mendatang.
"Jalinan koalisi juga tak ada yang pasti dan paten. Apapun masih bisa terjadi dalam politik di Indonesia. Endingnya nanti pada saat pendaftaran Capres dan Cawapres di KPU pada Oktober atau November mendatang," sebutnya.
Bahkan Najib mencontohkan, apa yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo dalam beberapa kesempatan yang menyebutkan soal kebingungannya menyoal siapa Capres dan Cawapres kedepannya.
Hal itu terlihat jelas pada saat sidang tahunan MPR RI dan sidang bersama DPR RI swrta DPD RI tahun 2023 di Gedung Nusantara di Jakarta pada (16/8/2023) lalu. "Pada saat itu presiden Jokowi hanya menyebut belum ada arahan dari pak Lurah," tirunya.
Dari situ, Najib mencoba melakukan analisis terhadap kisruhnya internal KPP paska dipilihnya Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres oleh Anies Baswedan. Padahal sebelumnya PKB telah menyatakan berkomitmen mendukung Prabowo sebagai Capres lewat koalisi PKB dan Gerindra yang disebut dengan Koalisi Indonesia Bangkit (KIB).
"Jika dikaitkan dengan kunjungan Anies Baswedan ke Jombang beberapa waktu lalu, maka akan semakin memanaskan situasi politik. Seluruh pihak hari menyikapi hal ini dengan kepala dingin. Kasihan rakyat yang disuguhi dengan hal-hal yang serba membingungkan ini," paparnya.
Ia pun menghimbau, kepada seluruh elit politik agar mempertunjukkan cara berpolitik yang elegan. Misalnya dengan mengajak para Capres dan Cawapres untuk bertemu dengan calon konstituennya. Bukannya justru dipertontonkan dengan kisruh dan polemik terkait dengan parpol mana yang mendukung Capres dan Cawapres mana.
"Presiden Jokowi sudah memberikan contoh cara komunikasi yang baik. Lewat berbagai istilah yang disampaikannya, mulai dari ojok kesusu dan grusa grusu. Hal itu justru menunjukkan kelasnya sebagai seorang pemimpin yang patut dicontoh karena ia terlihat tidak emosional serta tetap fokus bekerja," pungkasnya. (*)