Suami di Pacitan Ragu Pakai Kontrasepsi KB, Pemkab Beberkan Alasannya

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Muhammad Faizin

1 Oktober 2024 16:03 1 Okt 2024 16:03

Thumbnail Suami di Pacitan Ragu Pakai Kontrasepsi KB, Pemkab Beberkan Alasannya Watermark Ketik
Pernikahan yang dilangsungkan di Pacitan sebelum lanjut suami-istri merencanakan keluarga, salah satunya mengatur jarak kelahiran anak. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Partisipasi pria atau suami dalam program kontrasepsi di Pacitan cenderung sangat minim.

Menurut data Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (PPKB dan PPPA) Pacitan selama 2024, hanya ada empat suami yang mendaftar untuk ikut vasektomi.

Pun itu, mereka semuanya mundur tidak jadi memakai.

"Hanya ada 4 laki-laki sebagai aseptor MOP, tetapi mereka pada mundur sebelum mencoba," ungkap Kadis PPKB dan PPPA, Jayuk Susilaningtyas, Selasa, 1 Oktober 2024.

Jayuk mengungkapkan, alasan pria enggan ber-Keluarga Berencana (KB) adalah karena kontrasepsi kerap diidentikan dengan urusan perempuan saja.

Selain itu, adanya salah persepsi bahwa vasektomi sama seperti kebiri bisa membikin hilangnya gairah turut menjadi faktor penyebab.

Masih jarangnya juga tokoh dan pemuka masyarakat yang meneladankan vasektomi untuk pria. Alat kontrasepsi pria juga masih terbatas pada dua pilihan, yakni kondom dan metode pria (MOP) atau lebih dikenal istilah sterilisasi vasektomi

"Di Pacitan itu, untuk target KB sudah melebihi 100 persen. Namun partisipasi KB pria masih perlu digenjot lagi," bebernya lagi kepada Ketik.co.id

Sementara untuk KB perempuan atau istri, setidaknya dari beberapa jenis alat kontrasepsi yang disediakan pemerintah secara gratis.

Paling favorit, ibu-ibu di Pacitan menggunakan KB susuk atau implan, yang jumlahnya mencapai 1.288 aseptor.

"Angkanya sudah sangat baik," sambungnya.

Terakhir, Jayuk menekankan, perencenaan keluarga merupakan poin penting yang harus dipersiapkan setelah menikah.

Pasalnya, dengan perencanaan keluarga yang matang, salah satunya adalah kemampuan untuk merencanakan kehamilan, tentu dapat meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan bagi keluarga.

"Kami mengingatkan, untuk pasangan suami istri harus punya perencanaan untuk mengatur jarak kelahiran kemudian kapan harus hamil tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda, jaraknya setidaknya 3 tahun, jangan baru 2 tahun sudah punya adik lagi. Seperti itu," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Keluarga Berencana kb Kondom