KETIK, SIDOARJO – Pemkab Sidoarjo berhasil menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada 2024 ini. Dari tahun ke tahun, persentase angka pengangguran terbuka mengalami penurunan. Bahkan, pada 2024 ini, penurunan TPT terjadi sangat signifikan.
Pengangguran terbuka meliputi mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik (penganggur sukarela) maupun mereka yang mau bekerja, tetapi tidak memperoleh pekerjaan (penganggur terpaksa). Keberhasilan kinerja daerah bisa dilihat salah satunya, dari tinggi atau rendahnya TPT.
Data Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Sidoarjo menyebutkan, pada 2021, angka TPT masih sekitar 10,87 persen. Pada 2022, angka TPT turun menjadi 8,80 persen. Persentase itu terus turun menjadi 8,05 persen pada 2023. Pada 2024, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Sidoarjo adalah 6,49 persen. Turun 1,56 poin dibandingkan pada 2023.
Apabila diperbandingkan dengan target tahun 2024, yaitu 9,76 persen, capaian tahun 2024 jauh melebihi target yang ditetapkan. Pemkab Sidoarjo telah menarget, pada 2021 hingga 2024 tercipta 100.000 lapangan kerja baru. Khusus untuk 2024 Pemkab Sidoarjo berhasil menciptakan sedikitnya 45.979 lapangan kerja baru. Jika ditotal secara akumulatif sejak 2021 hingga 2024, total lapangan kerja baru yang tercipta mencapai 137.776 lapangan kerja.
Menurut data Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo, penurunan TPT itu juga terlihat dari penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat di berbagai sektor. Penduduk yang bekerja mencapai 1.096.490 orang atau bertambah 14.770 ribu orang dibandingkan Agustus 2023. Semua sektor pekerjaan utama mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Sektor industri merupakan sektor yang paling banyak mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja dibandingkan sektor pertanian dan jasa. Penyerapan tenaga kerja disektor industri bertambah 10.260 orang. Sektor jasa bertambah 4.500 orang.
Yang paling banyak terserap adalah tenaga kerja lulusan SMA sederajat. Itu terlihat dari penurunan yang cukup tinggi dari TPT lulusan SMA. Dari 11,10 persen turun 5,00 persen menjadi 6,09 pesen. Adapun TPT lulusan perguruan tinggi relatif tetap dari tahun 2023, yaitu sekitar 7,68 persen.
Peserta job fair mengamati data perusahaan penyedia kesempatan kerja di GOR Sidoarjo pada Agustus 2024 lalu. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Bagaimana semua itu tercapai?
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sidoarjo Ainun Amalia menyatakan, keberhasilan menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) itu merupakan buah kolaborasi yang bagus. Baik antara Dinas Tenaga Kerja Sidoarjo dengan perangkat daerah (OPD) lain maupun dengan stakeholder lainnya.
Menurut Ainun, Disnaker Sidoarjo terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka TPT. Itu dilakukan sejak Disnaker Sidoarjo dipimpin oleh Dr Fenny Apridawati (sekarang Sekda Kabupaten Sidoarjo).
Di antaranya, lanjut Ainun, adalah upaya mengedukasi tenaga kerja Sidoarjo agar mengubah pola pikir (mindset). Bahwa bekerja itu tidak lagi identik dengan meja kerja, laptop, atau aktivitas di dalam gedung saja.
Bekerja adalah bagaimana mereka menjadi wirausaha (entrepreneur) dan mengembangkan usaha sesuai potensi masing-masing dirinya. Bahkan, potensi itu dikembangkan untuk membuka lapangan kerja bagi orang lain.
”Generasi Z (Gen-Z) khususya tidak perlu risau dengan anggapan orang lain. Bahwa kalau tidak ngantor itu tidak bekerja,” ungkap Ainun Amalia.
Disnaker Sidoarjo juga terus berusaha membuktikan anggapan yang salah bahwa orang Sidoarjo mencari pekerjaan sulit. Disnaker tetap konsisten membuka peluang rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan potensi sendiri.
”Alhamdulillah tingkat pengangguran terbuka selalu turun setiap tahun. Kolaborasi dengan OPD dan stakerholders lain berjalan baik untuk menekan angka pengangguran,” jelasnya.
Contohnya kolaborasi dengan Dinas Kopersi dan UMKM Sidoarjo. Para penerima bantuan Kurma dilatih untuk mengembangkan usaha mereka di Skill Development Center (SDC). Pelaku UMKM dilatih secara profesional bekerja sama dengan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP).
Selain kolaborasi dengan OPD, Disnaker Sidoarjo konsisten membuka job fair secara online maupun off-line. Job fair itu dilakukan secara konsisten. Sesuai dengan petunjuk teknis dari Kementerian Ketenagakerjaan RI.
”Job fair ini mendekatkan kesempatan kerja dengan pencari kerja,” ungkapnya.
Terobosan penyelenggaraan job fair dilakukan bekerja sama dengan sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK). Baik sekolah negeri maupun swasta. SMK-SMK di Sidoarjo juga membuka peluang kerja dalam sekup kecil. Job fair-job fair di tingkat SMK.
Hasil evaluasi Disnaker Sidoarjo menyebutkan peran SMK-SMK itu ternyata cukup signifikan. Perusahaan yang ikut rekrutmen merupakan mitra SMK itu sendiri. Hasilnya lebih efektif. Perusahaan yang membuka lapangan kerja sudah memahami calon pekerja yang direkrut.
”Perusahaan lebih paham psikologis lulusan SMK itu. Saat verifikasi dan wawancara, sudah ada ikatan emosional,” tambahnya.
Disnaker Sidoarjo juga punya terobosan lain. Program-program pelatihan terus digencarkan. Terutama pelatihan kerja yang berbasis kompetensi. Ada petunjuk waktu pelatihannya yang pasti. Baik 20 hari, 30 hari, dan seterusnya.
Misalnya, pelatihan mengoperasikan forklift serta pelatihan kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pelatihan tersebut tergolong mahal. Karena itu, porsi peserta pelatihan yang dilaksanakan Disnaker Sidoarjo masih terbatas.
”Kami sampaikan ke komisi di DPRD (mitra Disnaker Sidoarjo). Kalau ada pokok-pokok pikiran (pokir) anggota DPRD Sidoarjo yang bisa dilaksanakan untuk pelatihan mengoperasikan forklift atau K3,” harapnya.
Ke depan, Disnaker Sidoarjo menyiapkan kesempatan magang langsung untuk peserta pelatihan. Mereka akan diseleksi sesuai kompetensi saat pelatihan. Lalu, dimagangkan di bidang-bidang jasa untuk direkrut menjadi tenaga kerja. (*)