KETIK, SURABAYA – Pemerintah Arab Saudi menerapkan sistem syarikah untuk penyelenggaraan ibadah haji. Penyusunan kloter Jemaah Calon Haji (JCH) berdasarkan kesamaan syarikah bukan pra manifest yang telah disusun oleh Kemenag kabupaten/kota.
Plh Sekretaris PPIH Embarkasi Surabaya, Sugiyo menjelaskan penerapan sistem syarikah ini mulai dilakukan pada 7 Mei 2025 kemarin.
"Kami mendapat instruksi untuk menyusun kloter berbasis syarikah yaitu berdasarkan perusahaan yang mengelola. Insyaallah Embarkasi Surabaya mulai penuh pada 9 Mei," jelasnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Plh Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag Jatim mengakui, penyusunan kloter berbasis syarikah menimbulkan tantangan tersendiri.
Hal ini memungkinkan jemaah terpisah dengan kabupaten maupun Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) asal.
"Tetapi ini adalah yang diminta oleh Pemerintah Arab Saudi untuk menyusun kloter berdasarkan syarikah yang sama. Untuk jemaah pendamping, kami upayakan tetap bergabung dengan yang didampingi," lanjutnya.
Sugiyo mengaku sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Kantor Kementerian Agama dan Kasi PHU se Jawa Timur serta Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Haji dan Umrah (FK KBIHU).
Syarikah adalah mitra resmi Pemerintah Arab Saudi yang bertugas memberikan layanan kepada jemaah haji, seperti akomodasi, konsumsi, dan transportasi.
Kemudian juga memberikan pelayanan ketika fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).
"Jika pada penyelenggaraan sebelumnya kita memakai satu syarikah, tahun ini kita bekerja sama dengan delapan syarikah," tuturnya.
Delapan syarikah yang ditunjuk pada haji 2025 adalah: Al Bait Guests, Rakeen Mashariq, Sana Mashariq, Rehlat & Manafea, Al Rifadah, Rawaf Mina, MCDC, dan Rifad. Masing-masing melayani antara 11 ribu hingga 36 ribu jemaah. (*)