Atasi Radang Amandel? Ini Kata Dokter Spesialis THT RSUD dr. Darsono Pacitan

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Hetty Hapsari

30 Desember 2024 19:19 30 Des 2024 19:19

Thumbnail Atasi Radang Amandel? Ini Kata Dokter Spesialis THT RSUD dr. Darsono Pacitan Watermark Ketik
Dokter spesialis THT RSUD dr. Darsono Pacitan, dr. Azhar Nur Fathoni, Sp.THT-KL, saat menunjukan kondisi amandel atau tonsil yang mengalami bengkak karena peradangan atau infeksi, Senin, 30 Desember 2024. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Radang amandel atau tonsilitis merupakan kondisi umum yang kerap dialami oleh anak-anak, bahkan orang dewasa. Tak jarang penyakit tenggorokan ini seringkali dianggap sepele oleh masyarakat.

Menurut Dokter Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT), Kepala dan Leher (KL) RSUD dr. Darsono Pacitan, dr. Azhar Nur Fathoni, Sp.THT-KL, tonsilitis adalah peradangan amandel yang umum terjadi di bagian tongsila palatina, yaitu terletak di sisi kiri dan kanan lubang tenggorokan.

Gejala-gejalanya cukup bervariasi tergantung penyebab infeksi.

Beberapa gejala umum yang dapat dikenali, adalah sakit tenggorokan parah, demam tinggi, pembengkakan amandel tampak merah atau berwarna putih, kesulitan menelan dan suara serak serta nyeri pada telinga.

"Disebut tonsilitis kategori akut jika sakitnya terjadi dalam waktu kurang dari 3 bulan, sedangkan tongsilitis kronis berlangsungnya lebih dari 3 bulan," terang dr. Azhar.

Kapan Harus ke Dokter?

 

Dokter kelahiran Pacitan itu menyarankan, jika gejala radang amandel berlangsung lebih dari dua hari, atau jika disertai dengan kesulitan bernapas, pasien segera mungkin memeriksakan diri ke dokter.

Terutama, apabila disertai demam tinggi tak kunjung turun, kesulitan menelan ataupun muncul gejala-gejala lainnya.

dr. Azhar menjelaskan, pada kasus pembengkakan tingkat 1 dan 2, pengobatan dengan obat-obatan lumrahnya sudah cukup. Kendati, untuk kasus lebih parah dengan tingkat 3 atau 4, tindakan medis berupa operasi pengangkatan amandel diperlukan.

Komplikasi Radang Amandel

 

Radang amandel yang tidak ditangani, terjadi berulang, atau tergolong kronis, berisiko menimbulkan komplikasi berupa, kesulitan bernapas, sleep apneae, penyebaran infeksi ke organ lain, serta penumpukan nanah (abses) di amandel.

Selain itu, radang amandel kronis juga berisiko menimbulkan batu amandel, yaitu batu yang terbentuk dari penumpukan sel mati, air liur, dan makanan pada celah di antara amandel.

Sedangkan radang amandel akibat infeksi Streptococcus bisa menimbulkan komplikasi yang berbeda, antara lain.

Demam rematik, yaitu peradangan yang memengaruhi jantung dan sendi. Lalu, glomerulonefritis, yaitu peradangan pada ginjal yang dapat menyebabkan urin berdarah, serta pembengkakan pada mata dan pergelangan kaki.

Terakhir, Reactive arthritis, yaitu peradangan sendi yang dipicu oleh infeksi.

Cara Pencegahannya

 

Dokter lulusan UGM itu menyebut, salah satu faktor pencetus radang amandel adalah kebiasaan mengonsumsi makanan berminyak, pedas serta minuman berpengawet maupun rasa-rasa.

"Apakah minum es juga termasuk pencetusnya? Iya itu juga," jawab dr. Azhar.

Selain pengobatan medis, pola makan disebut memegang peranan penting dalam pencegahan radang tenggorokan. Menurut dr. Azhar, cara mencegahnya adalah dengan menghindari makanan dan minuman yang tidak sehat.

Seperti, makanan dan minuman instan, menggunakan rasa-rasa, berpengawet dan lain-lain.

"Mencegahnya ya menghindari makanan dan minuman yang tidak sehat. Itu saja," ujar dr. Azhar.

Jika ada masyarakat yang sering dan sudah lama mengalami peradangan atau pembengkakan amandel. Ayah tiga anak itu menyarankan, agar lebih baik segera mempertimbangkan tindakan operasi.

"Amandel yang terinfeksi berulang kali, itu justru bisa menjadi sumber penangkap kuman, dan semakin berisiko bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan," tandasnya.

Sebagai informasi, RSUD dr. Darsono Pacitan kini telah menyediakan layanan operasi amandel. Pun sejauh ini, telah banyak pasien radang amandel yang sudah berhasil melakukan operasi amandel, bahkan pada anak-anak usia 5 tahun.

Profil dr. Azhar Nur Fathoni, Sp.THT-KL

 

dr. Azhar Nur Fathoni, Sp.THT-KL adalah pria kelahiran Sidoharjo, Pacitan. Ia telah mengabdi di RSUD dr. Darsono Pacitan sejak tahun 2003 sebagai dokter umum, dan dokter spesialis pada 2014 setelah selesai menempuh pendidikan spesialis THT di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan praktik di Rumah Sakit dr. Sarjito Yogyakarta.

Selain bertugas di RSUD dr. Darsono, dr. Azhar juga berpraktik di Klinik Utama Rawat Jalan Pelangi Husada dan memberikan pelayanan spesialis THT di RS Maguan Husada Pracimantoro, Wonogiri pada hari-hari tertentu.

dr. Azhar menceritakan bahwa ia merasa bangga dapat memberikan pelayanan medis kepada masyarakat Pacitan, tempat ia dilahirkan.

"Saya ingin mengabdi di Pacitan," tambahnya.

Adapun jadwal praktek dr. Azhar di RSUD dr. Darsono Pacitan adalah setiap Senin hingga Jumat, mulai pukul 08.00 hingga pasien selesai sekitar 14.00.

Mengenai kehidupan pribadi, dr. Azhar telah berkeluarga dengan seorang istri dan dikaruniai tiga putra yang kini sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta.

Diketahui, dr. Toni sapaan akrab dr. Azhar Nur Fathoni saat ini juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Pacitan periode 2024-2027. Dia berserta pengurus baru saja dilantik pada Sabtu, 28 Desember 2024 lalu di Golden Star Ballroom Hotel Parai Teleng Ria Pacitan. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan RSUD dr Darsono Pacitan