KETIK, BANDUNG – Bupati Bandung Dadang Supriatna memberikan klarifikasi terkait pemberitaan di segelintir media, termasuk yang beredar di media sosial. yang memuat pernyataan tidak utuh, sehingga menimbulkan salah persepsi dan menggiring opini publik yang tidak sesuai fakta.
Bupati Bandung menyatakan dirinya merasa perlu menyampaikan klarifikasi atas isu dan fitnah yang sedang beredar luas terkait pernyataannya mengenai Program Magrib Mengaji.
"Perlu saya tegaskan, saya tidak menolak program pembinaan anak bermasalah di barak militer sebagaimana digagas oleh Gubernur Jawa Barat, KDM," tukas bupati yang akrab disapa Kang DS ini dalam pernyataan resminya, Kamis 19 Juni 2025.
Bahkan, imbuh Kang DS, pihaknya telah menyiapkan Barak Militer di Yonif 330 Nagreg sebagai bentuk kesiapan jika langkah tersebut diperlukan.
Namun, ia menyayangkan ada oknum wartawan yang memelintir pernyataannya dengan memotong atau menyampaikan secara tidak utuh dalam menyampaikan pernyataannya terkait usulan Program Magrib Mengaji.
"Yang saya sampaikan adalah bahwa program Magrib Mengaji dapat menjadi alternatif terlebih dahulu, sebagai bagian dari upaya pembinaan karakter anak-anak dan pelajar yang dinilai nakal atau bermasalah," jelasnya.
"Kita berharap, sebelum sampai pada tahap pengiriman ke barak, anak-anak ini dapat dibina melalui pendekatan nilai-nilai keagamaan dan kedekatan sosial," tambah Kang DS.
Menurutnya, perlu kita sadari mengaji juga menjadikan anak tidak tahu menjadi tahu, tidak tahu do'a shalat menjadi tahu, dari yang asalnya keras hati menjadi lembut hati, dari nakal menjadi baik. Program ini menggunakan pendekatan agama dan binaan guru ngaji.
Kang DS menyatakan, bila harus dimasukkan ke barak militer juga bagus karena mendidik anak disiplin, pembentukan karakter, yang mungkin lebih komprehensif di banding mengaji. Akan tetapi tidak akan selamanya anak berada di barak militer.
"Artinya,, pemda sebagai kepanjangan tangan dari provinsi siap berkolaborasi, karena mencerdaskan kehidupan bangsa baik itu spiritual, emosional, moral, kognisi, tidak bisa oleh perseorangan. Karena menjaga generasi selanjutnya adalah tugas bersama, apalagi guru dan orangtua anak," tuturnya.
Selain itu, kata Kang DS, memang program Magrib Mengaji sudah ada sejak dulu. Namun, perlu kita ketahui bahwa ada beberapa anak yang susah ngaji di masjid terdekat.
"Artinya, pemerintah akan mendorong secara regulasi agar anak bisa rajin mengaji. Seperti penilaian non kognisi di lingkungan rumah atau keluarga. Jadi pemerintah daerah akan meminta bantuan orang tua untuk bersama mengontrol anak-anak," jelas Kang DS.
Bupati Bedas ini menambahkan, situasi di Kabupaten Bandung sendiri saat ini masih relatif kondusif dan tidak terjadi tawuran pelajar seperti di daerah lain.
Bahkan sejak tiga tahun lalu, lanjut Kang DS, Pemkab Bandung telah melakukan berbagai langkah konkret untuk membentuk karakter generasi muda.
Salah satunya melalui program tiga Muatan Lokal yang telah diterapkan di TK, SD, dan SMP. Yaitu Pendidikan Pancasila dan UUD 1945 untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Kedua, Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda untuk memperkuat jati diri dan kearifan lokal. Ketiga, Pendidikan Mengaji dan Hafalan Al-Qur’an untuk menanamkan moral dan akhlak para pelajar di Kabupaten Bandung.
"Dengan adanya pendidikan muatan lokal ini, guru ngaji datang ke sekolah dalam rangka membentuk karakter anak bangsa kita di masa yang akan datang yang berkarakter dan berakhlakul karimah," tutur Bupati Dadang Supriatna.
Oleh karena itu, Kang DS mengimbau masyarakat untuk tidak mudah tergiring opini dan framing pemberitaan yang tidak utuh.
"Mari kita tetap menjaga suasana yang kondusif, saling menghargai, dan fokus pada tujuan bersama yaitu membentuk generasi Kabupaten Bandung yang berakhlakul kharimah. Hatur nuhun," ucap Bupati Kang DS. (*)