Cerita Sri, Pengusaha Tape asal Pacitan: Awal-Awal Dijual Gratis, Kini Laris Manis

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: M. Rifat

14 September 2024 12:05 14 Sep 2024 12:05

Thumbnail Cerita Sri, Pengusaha Tape asal Pacitan: Awal-Awal Dijual Gratis, Kini Laris Manis Watermark Ketik
Sri Atini (57), pengusaha dan pelestari jajanan tradisional asal Kabupaten Pacitan tengah menunjukkan produknya "Tape Ketan Hitam Mania" yang lumer saat disantap. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Asap tipis mengepul dari dapur milik Sri Atini, warga Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Sabtu, 14 September 2024, pagi.

Di sudut ruangan, perempuan 57 tahun itu sibuk membuka tutup dandang untuk memeriksa ketan yang sedang dikukus, memastikan setiap butir-butirnya matang sempurna.

Ditemani lima karyawannya, Bu Sri, sapaan akrab Sri Atini dengan telaten mengawasi setiap proses pembuatan tape yang telah ditekuninya sejak 2010. Produknya itu diberi nama "Tape Ketan Mania" singkatan dari Manis, Mantap, Enak.

Lebih awal, Bu Sri sudah memulai dengan merendam ketan di pagi hari, sebelum lanjut mengukusnya hingga empuk. "Yang lain menyiapkan daun pisang dan biting atau tusuk sebagai bungkusnya nanti," paparnya.

Barulah ketika sudah matang, ketan diangin-anginkan dan diberi ragi sembari dibungkusi. Untuk kemudian lanjut difermentasi selama dua malam, atau istilahnya di-entep.

"Kalau raginya diberikan saat ketan masih panas, hasilnya pasti asem," ujarnya membeberkan rahasianya.

Foto Tape Ketan Mania buatan tangan Sri Atini. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Tape Ketan Mania buatan tangan Sri Atini. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Meski berbagai jajanan modern kian berjibun, produk Bu Sri tetap digemari banyak orang. Dari konsumen lokal maupun luar daerah kerap mengontak dirinya, seperti Malang, Yogyakarta, bahkan Jakarta.

Beberapa instansi pemerintah juga tak luput menjadi pelanggan setianya.

"Alhamdulillah yang pesan banyak. Untuk dibuat jadi campuran minuman segar maupun ditaruh di warung makan," ucapnya kepada Ketik.co.id.

Mengisahkan awal usahanya, Bu Sri bercerita bahwa dahulu sempat ia beberapa hari membuat tape untuk dijual gratis ke banyak tempat tempat. Katanya, itu biar calon para konsumen mencicipi tape lezat bikinannya itu.

"Dulu pas baru merintis beberapa hari buat 5 kilo, tapi itu hanya saya bagi-bagikan. Mulai dari warung, toko kelontong, pemerintah desa, hingga ke kantor kecamatan. Niatnya promosi sama ngetes rasa," kenangnya saat memasarkan.

Pun, jerih payahnya itu kini berbuah manis, Bu Sri sekarang sudah dikenal banyak pelanggan. Paling minim dirinya memproduksi 100 kilogram tape dalam satu bulannya.

Dengan harga Rp800 rupiah per bungkus. Ia bisa mengantongi omzet jutaan rupiah.

"Itu kalau memasuki bulan Ramadan, produksinya bisa melonjak hingga 10.000 bungkus," ungkapnya.

Perempuan yang juga berprofesi sebagai ASN itu juga mengklaim, tape buatannya aman dan terjamin kandungannya. Pasalnya, jajanan tradisional buatannya itu telah mengantongi izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan.

"Ini dibuat dari beras ketan hitam dan putih tanpa tambahan pewarna atau pengawet. Inshaallah, tape saya ini aman dan bisa tahan sampai satu bulan," tandasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Sri Atini Tape Ketan