KETIK, SIDOARJO – Hatinya risau dan khawatir. Namun, Dwi Kusumawati tak kuasa menolak permintaan para orang tua. Wali siswa berharap, dengan setengah memaksa, agar anak-anak mereka masuk sekolah pagi saja. Sebagai Kasek SDN Keret, Dwi Kusumawati mengabulkan permintaan tersebut. Satu ruang kelas terpaksa digunakan lagi. Padahal, atapnya hampir ambruk.
”Orang tua kerja di pabrik kerupuk. Berangkat kerja sekalian mengantar anak-anak,” kata Dwi Kusumawati kepada Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori pada Kamis (17 April 2025).
Kamis pagi itu, Dhamroni Chudlori mendatangi sekolah tersebut. Dia ingat Dwi Kusumawati pernah datang ke kantor DPRD Sidoarjo. Membawa berkas dengan harapan gedung dan jembatan SDN Keret bisa segera diperbaiki.
Posisi atap ruang kelas II a SDN Keret yang sudah miring. Kayu-kayunya dimakan rayap. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Dhamroni benar-benar memperhatikan permintaan itu. Namun, dia ingin menyaksikan langsung kondisi bangunan kelas dan jembatan yang diminta diperbaiki. Kondisinya parah. Ruang kelas itu ditempati murid Kelas II a.
Saat didatangi, murid-murid sedang asyik belajar. Ada 17 anak. Guru Kelas II a, Maria Novianty Putri, mengajar mereka matematika. Bocah-bocah itu tidak tahu bahwa sebenarnya tempat mereka menuntut ilmu itu sudah tergolong riskan. Tidak layak ditempati.
Atapnya sudah miring. Plafonnya harus disangga kayu di tengah-tengah. Karena plafonnya melengkung, pipa-pipa besi yang dipasang melintang. Seperti tanda palang merah. Jika dilihat dari luar, posisi genting sudah meliuk-liuk. Miring.
Dhamroni pun tidak puas. Dia lalu mengecek plafon ruang kecil di sebelah Kelas II a. Atap dua ruang itu jadi satu. Plafonnya sudah bolong. Dia melongok ke lubang itu dan mendorongnya dengan sebatang kayu. Asbes langsung ambrol. Kayu-kayunya sudah lapuk. Rumah rayap ada di mana-mana.
”Ini bahaya sekali. Saya minta anak-anak segera dipindah saja. Jangan belajar di ruangan ini,” pinta Dhamroni Chudlori yang juga ketua Fraksi PKB DPRD Sidoarjo tersebut.
Anggota DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori bersama Kasek SDN Keret Dwi Kusumawati melihat kondisi anak—anak yang belajar di ruang perpustakaan sekolah. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Tak lama kemudian, murid-murid Kelas II a ramai-ramai pindah ke ruang lain. Mereka belajar bareng dengan 16 murid Kelas II b di ruang perpustakaan. Mereka tengah belajar dengan Pak Guru Zakri Ardiansyah. Karena tidak ada sekat yang cukup, suasana belajar pun tidak nyaman.
”Tapi, ini masih lebih baik daripada anak-anak belajar dengan risiko bahaya,” ungkap Dhamroni Chudlori, anggota DPRD Sidoarjo dari daerah pemilihan Tulangan, Krembung, Wonoayu, dan Prambon itu.
Kasek Dwi Kusumawati mengakui memang situasi dan kondisi belajar-mengajar anak-anak tidak nyaman. Khususnya kelas II a. Ruang pengap. Tidak representatif untuk anak-anak. Atapnya rendah. Luasnya tidak ideal.
”Terpaksa kami pakai satu ruang (perpustakaan) untuk dua rombel (dua kelas) jadi satu. Memang tidak efektif. Kegiatan literasi sekolah juga terkendala,” ungkap Dwi Kusumawati. Dia berharap ada solusi agar anak-anak bisa belajar dengan aman dan nyaman.
Ketua Komisi D Dhamroni Chudlori menilai kondisi belajar-mengajar anak kelas II a SDN Keret itu memprihatinkan. Kelasnya sudah dimakan rayap. Demi keselamatan anak-anak, terpaksa dua rombel digabung dalam satu ruangan. Memang sangat tidak ideal.
”Tapi, keselamatan anak-anak adalah prioritas. Sampai kapan ini akan terjadi,” ungkap legislator DPRD Sidoarjo asal Kecamatan Tulangan tersebut.
Dhamroni Chudlori berharap Pemkab Sidoarjo segera merenovasi ruang kelas itu. Agar ruangan-ruangan yang rusak berat segera bisa dipakai kembali oleh anak-anak. Di SDN Keret, ada 12 rombongan belajar dengan total 222 siswa.
”Anak-anak kita perlu tempat belajar yang aman dan nyaman,” ungkap Dhamroni Chudlori. (*)