KETIK, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memberikan tanggapan terkait kebijakan tarif impor yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengatakan untuk memperkuat perekonomian nasional maka pemerintah perlu memperkuat kemitraan strategis.
Selain itu, masih banyak peluang yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menyiasati penerapan tarif impor resiprokal.
Indonesia, kata dia, harus konsisten dalam menjalankan rencana yang dirancang sebelumnya. Selain itu, pengembangan ekonomi di daerah juga penting dalam memperkuat posisi negara di tengah tekanan global.
Salah satu wilayah yang dipandang memiliki potensi besar adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). NTT menjadi salah satu spot pariwisata dengan keindahan alam yang luar biasa.
Ditambah lagi potensi ekonomi birunya, menjadikan NTT sebagai wilayah yang memiliki prospek ekonomi begitu cerah jika diberdayakan dengan maksimal.
"NTT Ini kalau teman-teman tahu NTT ini (selain) Labuan Bajo, dia punya juga banyak tempat-tempat yang bagus (misalnya) di Rote, Alor," ujar Anindya, Selasa 22 April 2025.
Lebih lanjut, dalam pengembangan suatu wilayah tentu diperlukan kerja sama dan kolaborasi antar banyak pihak, seperti Kadin, investor lokal, dan asing. Kerja sama ini sangat penting untuk memperkuat posisi ekonomi NTT yang memiliki banyak potensi khususnya di sektor perikanan.
"Kita melihat bahwa fisheries itu sangat besar. Nah ini nyambung sekali dengan kunjungan misalnya waktu itu Vietnam datang bersama Sekretaris Partai Komunisnya di sini. Nah salah satu yang dibicarakan adalah mengenai fisheries atau dalam hal ini lobster," tambahnya.
Dalam menghadapi dinamina perekonomian global yang dinamis, Indonesia perlu memperkuat ekonomi dalam negeri. Khususnya disektor hilir agar untuk memperkuat neraca perdagangan.
Kemitraan juga bisa dilakukan antar negara, seperti China. Seperti yang diketahui Indonesia telah menjalin berbagai kerja sama dengan China di berbagai bidang.
Bahkan Indonesia saat ini menikmati surplus perdagangan sekitar USD2 miliar dengan China, hasil dari industrialisasi yang tumbuh berkat investasi negara tersebut.
"Kita mesti juga pantau bahkan lebih serius adalah China. Karena banyak sekali kita kerjasama dengan China, baik perdagangan maupun investasi, dan paling tinggi kan perdagangan dengan China," pungkasnya. (*)