Imbas PMK Pasar Hewan Pacitan Ditutup, Blantik Timbun Ternak di Kandang

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Hetty Hapsari

30 Januari 2025 16:09 30 Jan 2025 16:09

Thumbnail Imbas PMK Pasar Hewan Pacitan Ditutup, Blantik Timbun Ternak di Kandang Watermark Ketik
Pedagang Ternak asal Arjosari, Ari Wibowo saat menjelaskan kondisi pasar hewan saat ini, Kamis, 30 Januari 2025. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Pedagang ternak alias blantik di Pasar Hewan Pacitan, termenung di kandang menceritakan kondisi pasar yang kini terlihat sepi.

Biasanya, pasar hewan Pacitan selalu ramai dengan transaksi jual beli hewan ternak, namun sekarang, sejak pemerintah memutuskan untuk menutup pasar hewan akibat wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK), pasar yang dulu menjadi sumber penghasilan utama bagi banyak pedagang seperti dirinya, kini kosong.

Pasar yang biasanya dipenuhi dengan suara tawar menawar antar pembeli dan penjual, kini sepi tanpa aktivitas.

“Ya dengan ditutupnya pasar karena PMK ini otomatis sangat berdampak sekali kepada para pedagang hewan dan pelaku usaha ternak,” ujar Pedagang Ternak asal Kecamatan Arjosari, Ari Wibowo, sambil memandang kosong ke arah kandang miliknya di Desa Borang yang tertutup rapat, Kamis, 30 Januari 2025.

Dia merasa prihatin, karena pasar hewan adalah tempat hidup bagi dirinya dan banyak pedagang lainnya di Pacitan. Dengan penutupan pasar yang berlangsung hingga 4 Februari 2025, semua proses transaksi jual beli ternak terhenti begitu saja.

Ari melanjutkan, "Dengan pasar yang ditutup, proses jual beli tidak berjalan seperti biasanya. Para pembeli yang biasa mencari ternak di pasar jadi kesulitan mendapatkan barang dagangannya. Begitu juga dengan kami, para pedagang yang harus menjual ternak. Jika pasar buka, kami bisa menjualnya dengan lancar, tapi sekarang kami harus mencari cara agar bisa bertahan," ucapnya menggunakan bahasa jawa.

Sebagian pedagang, seperti Ari, memilih untuk menyetok ternaknya di kandang. Mereka yang sudah membeli ternak sebelum pasar ditutup kini harus menanggung biaya pemeliharaan hewan-hewan itu, yang tak bisa segera dijual. 

"Kalau yang terlanjur dibeli, ya kami harus bertahan dengan menimbun ternak di kandang," kata Ari.

Namun, bagi pedagang yang belum sempat membeli ternak, situasinya jauh lebih sulit. Mereka hanya bisa mencari ternak dari rumah-rumah warga atau berusaha menjualnya langsung ke pembeli tanpa melalui pasar.

Cara ini, meski memungkinkan, jauh dari ideal. Tidak ada kepastian bahwa transaksi akan berjalan lancar. "Yang belum beli, ya hanya bisa cari ternak di rumah-rumah orang. Penjualan pun hanya bisa dilakukan langsung ke pembeli. Ini jauh dari sistem pasar yang biasa," keluhnya.

Di tengah kecemasan itu, Ari juga merasakan kegelisahan yang lebih dalam. Wabah PMK yang menyebar luas tak hanya mengancam kelangsungan pasar, tapi juga kesehatan ternak. Banyak pedagang yang khawatir dengan kondisi ternak mereka jika wabah ini terus berkembang. 

“Kami tidak hanya khawatir soal perdagangan yang terhenti, tapi juga soal kesehatan ternak. Penyakit ini bisa berdampak fatal pada hewan kami,” ujarnya dengan wajah cemas.

Sementara itu, Plt. Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan, Agus Rustamto, hingga 29 Januari 2025 tercatat ada 134 desa dan kelurahan yang tertular PMK dari total 171 desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Pacitan. 

Sementara itu, seluruh 12 kecamatan di Pacitan juga tercatat telah terinfeksi PMK. Hal ini menambah kekhawatiran para peternak di wilayah tersebut, mengingat dampak besar yang ditimbulkan dari wabah ini terhadap kesehatan hewan ternak.

Per 29 Januari 2025 pukul 15:00 WIB, jumlah kasus PMK di Pacitan tercatat sebanyak 1.251 kasus, dengan 990 di antaranya masih sakit. Dalam 24 jam terakhir, ada tambahan 10 kasus baru.

"Selain itu, 105 ekor ternak dilaporkan mati akibat wabah ini, dengan 2 ekor ternak tambahan dilaporkan mati dalam sehari terakhir," paparnya.

Selain angka kematian, 87 ekor ternak dinyatakan sembuh, meskipun tidak ada tambahan ternak sembuh dalam laporan hari ini. Sementara itu, 65 ekor ternak terpaksa dipotong paksa, tanpa adanya penambahan potong paksa pada hari yang sama.

"Kami berharap pemerintah bisa segera menanggulangi wabah ini dan membuka pasar kembali. Kalau pasar dibuka, kami bisa menjual ternak kami dan memenuhi kebutuhan pasar," harap Ari mewakili para pedagang ternak. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Penutupan Pasar Hewan PMK