KETIK, JEMBER – Di tengah kebutuhan ekonomi, terlebih dengan kondisi menjanda, harus merawat anak, dan membantu ekonomi keluarga. Dilakoni oleh kelompok driver ojek online (ojol) bernama Kartini Jember.
Kelompok driver ojol yang memiliki anggota kurang lebih 15 orang perempuan itu. Setiap hari beroperasi menjadi driver ojol, dan beroperasi keliling Jember mencari penumpang menggunakan aplikasi lewat Smartphone milik masing-masing.
"Adanya kelompok ini bernama Kartini Jember, sebagai wadah untuk saling mendukung dan memantau keselamatan saat bekerja, terutama saat malam hari. Tentunya bagi kami, driver ojol perempuan kan rawan," kata Ketua Kelompok Driver Ojol Kartini Jember, Lesly Novitasari (42), saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Senin siang, 21 April 2025.
Kata perempuan asal Kelurahan/Kecamatan Sumbersari, Jember ini, berprofesi menjadi driver ojol, adalah bentuk upaya memenuhi kebutuhan ekonomi.
"Terutama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Terlebih bagi teman-teman kami yang kondisinya kurang beruntung, ada yang janda, juga ada yang dengan terpaksa menjadi ojol dengan membawa anaknya. Karena ya tidak ada yang merawat. Harus berjuang hidup sendiri," ujarnya.
Diakui oleh Lesly, saat bekerja. Tidak jarang dirinya maupun teman-temannya dalam satu komunitas. Juga mengalami tindakan kurang menyenangkan, yang mengarah kepada pelecehan seksual. Saat bekerja mengantar penumpang.
"Contohnya itu ketika kita dapat customer cowok terus dia itu boncengnya mepet (berdempetan, red) banget. Kita beri arahan untuk menjauh, tapi malah tetap bahkan malah menjawab. 'Wong di kota lainnya, seperti ini gak papa mbak'," ujarnya.
"Saya balik jawab, tidak semua sama bapak, kita jual jasa mengantar jenengan. Bukan jual diri," ujarnya sembari menirukan ucapan penumpang, dari pengalaman tidak menyenangkan saat mengantar.
"Nah dari kejadian itu, kita antar anggota selalu share life. Jadi saling tahu lokasi dimana saat mengantar. Jika ada kejadian seperti itu, langsung kita turunkan dan lapor ke kantor (pemilik aplikasi Ojol). Jadi kita tidak dirugikan dengan laporan tidak benar," sambungnya.
Berkaitan dengan saat ini merayakan Hari Kartini 21 April 2025. Lesly memiliki harapan, agar dirinya beserta anggota di komunitasnya. Mendapat prioritas perlindungan yang lebih baik, saat bekerja sebagai mitra di perusahaan ojol.
"Komunitas kita kan dari berbagai perusahaan ojol yang ada di Jember. Keinginannya sih, keamanan kami dari perusahaan agar lebih diperhatikan apalagi kami perempuan," ungkapnya.
Senada dengan Lesly, salah seorang anggota kelompok driver ojol Kartini Jember. Fera Kurniawati (25) asal Dusun Klungkung Krajan, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi.
Juga memiliki keinginan yang sama, terkait perlindungan khusus bagi driver ojol perempuan.
Perempuan yang akrab disapa Fera ini mengaku terpaksa, mengais rezeki dengan menjadi driver ojol. Terlebih dengan kondisinya yang menjadi janda setelah ditinggal oleh mantan suaminya.
"Saya janda satu orang anak. Sehari-hari ya bekerja ngojek online ini. Karena kondisi, anak saya sering ikut saya ngojek. Ya bagaimana lagi, karena di rumah tidak ada yang jaga, juga gak bisa ditinggal. Jadi sambil bekerja saya ajak," kata Fera.
"Suka dukanya ya, saat hujan gitu dapat orderan penumpang terus dibatalin. Padahal saya sudah jalan. Ya gimana lagi. Tapi kalau hujan, anak gak saya ajak. Tapi kalau tidak hujan ya saya ajak, juga kepikiran kalau masuk angin. Ya dipakaikan jaket itu," sambungnya.
Dengan kondisi saat ini sebagai seorang single parent (orang tua tunggal). Diakui dalam bekerja, juga selalu diliputi kekhawatiran.
"Alhamdulillah selama bekerja ini baik-baik saja, tidak ada masalah. Tapi ya semoga niat bekerja ini lebih baik, juga perlindungan bagi kami driver perempuan ini. Dapat perhatian khusus," ucapnya.
Ungkapan sama juga disampaikan oleh anggota kelompok driver ojol Kartini Jember, Muizzatuz Zulfa (30) asal Desa Klompangan, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember.
Dirinya yang bekerja sebagai driver ojol, bermaksud untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Terlebih dari kerja yang dilakoni itu, juga membuatnya memiliki seorang suami yang juga sama berprofesi sebagai Ojol.
"Saya ojol sudah lama, sejak sebelum Covid. Suami saya juga sama. Saat itu kita sama-sama single (bujangan). Ketemu karena sama-sama punya kelompok dan bertemu. Akhirnya menikah," ucap Zulfa.
Dengan kesibukan sebagai rumah tangga, diakui kini aktifitasnya sedikit dikurangi.
"Kalau saya hanya ambil penumpang di sekitar rumah saja di Ajung. Kalau suami yang lebih luas wilayahnya cari penumpang," tuturnya.
Sebagai pasangan yang berprofesi sama. Zulfa berharap untuk mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membuka peluang usaha lain, selain menjadi driver ojol.
"Istri gak masalah, tapi kepikiran juga karena sudah berkeluarga. Juga khawatir banyak hal di jalan. Kan cari makan di jalan berat," ujar suami Zulfa, Ahmad Humaidi (31) menambahkan.
"Tapi niat istri membantu ekonomi. Karena ya kehidupannya gitu. Tapi kami sama-sama berjuang," imbuh pria asal Situbondo yang dikaruniai anak satu, saat ini berusia 1,5 tahun itu. (*)