KETIK, MALANG – Dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Brawijaya (UB), Adhi Cahya Fahadayna menyebut ada kemiripan karakter kepemimpinan antara presiden AS terpilih Donald Trump dengan Prabowo Subianto. Kemiripan dan gagasan yang dimiliki keduanya dinilai menguntungkan bagi Pemerintah Indonesia.
Menurut Adhi, antara Prabowo Subianto dan Donald Trump memiliki kemiripan karakter secara idiosinkratik. Hal tersebut dilihat dari kepribadian yang dapat berengaruh pada kebijakan suatu negara.
“Baik Presiden terpilih Trump maupun Presiden Prabowo sama-sama menjadi presiden di usia tuanya. Keduanya lebih mengedapankan kebijakan-kebijakan konvensional dan konservatif,” ujarnya, Kamis 7 November 2024.
Adhi juga menilai bahwa Trump dan Prabowo memiliki keberpihakan pada kalangan grass root, kelas pekerja, maupun petani. Terlebih dalam masa kampanye kemarin, Trump masih dengan gaya populisnya yang berhasil membuatnya menang di Georgia, North Carolina, Pennsylvania dan Wisconsin.
Kecenderungan terhadap isu-isu tersebut mendorong intensitas hubungan strategis bagi Indonesia dan Amerika Serikat.
"Sangat besar kemungkinan bagi Prabowo dan Donald Trump bertemu pada kesempatan ini. Tentu dengan maksud untuk meningkatkan signifikansi kemitraan strategis Indonesia-Amerika Serikat,” ucap Alumni Northeastern University Amerika Serikat itu.
Saat kampanye kemarin, Trump banyak membawa gagasan yang berasal dari isu grassroot khususnya pekerja. Terutama di wilayah industri yang terdampak dari kemunduran ekonomi Amerika Serikat dan deindustrialisasi.
“Trump dengan gagasan Make America Great Again masih koheren dengan kondisi ini dan mampu menguasai wilayah-wilayah Rust Belt yang identik dengan daerah-daerah industri tersebut. Selain itu faktor konservatisme yang ada pada masyarakat Amerika Serikat juga menjadi pengaruh sangat signifikan,” terangnya.
Dengan karakteristik tersebut dan ditunjang dengan kedekatan kedua presiden terpilih, menjadikan posisi Pemerintah Indonesia semakin diuntungkan.
“Kedekatan pemerintah sekarang dengan Presiden Donald Trump bahkan sudah terjadi sejak 2015 lalu. Salah satu elit Partai Gerindra pernah ramai dibahas karena bertemu dengan Donald Trump pada saat proses kandidasi Trump pada tahun 2015,” tutupnya.(*)