Kenang Sosok KH Abdul Mannan Dipomenggolo, GP Ansor Pacitan Gelar “Dampar Simbah”

23 April 2025 10:31 23 Apr 2025 10:31

Thumbnail Kenang Sosok KH Abdul Mannan Dipomenggolo, GP Ansor Pacitan Gelar “Dampar Simbah”
Gelaran acara bertajuk “Dampar Simbah” oleh PC GP Ansor dan Fatayat NU di Halaman Masjid Baitul Millah, Desa Semanten, Selasa, 22 April 2025 malam.

KETIK, PACITAN – Semarak Haul KH Abdul Mannan Dipomenggolo dan Harlah GP Ansor ke-91 serta Fatayat NU ke-75 dipusatkan dalam gelaran bertajuk “Dampar Simbah” yang berlangsung di halaman Masjid Baitul Millah, Desa Semanten, Selasa, 22 April 2025 malam.

Dalam sambutannya, Ketua GP Ansor Pacitan, Zainal Arifin, menyampaikan kegiatan ini bertujuan mengenalkan lebih dalam sosok KH Abdul Mannan Dipomenggolo, tokoh besar ulama Nusantara asal Pacitan, kepada masyarakat luas.

“Nama kegiatan ini diberikan langsung oleh Gus Luqman. KH Abdul Mannan adalah tokoh pendidikan dan penyebar Islam yang patut kita teladani rekam jejaknya,” katanya dihadapan tamu dan undangan.

Acara ini dihadiri sejumlah tokoh agama, di antaranya KH Luqman Harist Dimyati (Gus Luqman), Gus Muhammad Fakhri Asna, Gus Hamam, Gus Muab, serta para kiai dan santri dari berbagai wilayah di Pacitan dan sekitarnya.

Dalam pemaparannya, Gus Muhammad Fakhri Asna, Pengasuh Asrama Al Widadiyah Pondok Tremas, menjelaskan bahwa KH Abdul Mannan Dipomenggolo adalah generasi pertama dari Nusantara yang belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, pada tahun 1850-an.

Mbah Abdul Mannan juga merupakan murid dari Syekh Ibrahim Al-Bajuri, Grand Syekh Al-Azhar, dan pembawa sanad kitab Ithaf Sadat Al-Muttaqin, syarah kitab Ihya Ulumuddin karya Syekh Murtadla Azzabidi.

“Nama ia tercatat dalam sejarah sebagai pionir rihlah ilmiah ke Mesir, yang kemudian disusul oleh putera-putera dan cucunya seperti KH Abdullah, Mbah Mahfudz At-Turmusi, dan Mbah Dahlan Al-Falaki,” terang Gus Asna.

KH Abdul Mannan juga tercatat berguru kepada banyak ulama besar seperti KH Hasan Besari (Tegalsari, Ponorogo), Sayyid Muhammad Satha Addimyathl, serta Syekh Abdusshamad Al-Falimbani. Jejak ilmiahnya dibuktikan melalui keberadaan dua manuskrip penting, yakni Nihayatul Muhtaj dan Miftahul Mannan fi Thariqah Wal Haqiqah, yang masih tersimpan di Tremas dan Semanten.

Dalam kesempatan yang sama, Gus Musab turut memaparkan temuan penting berupa manuskrip milik KH Abu Bakar bin Zakariya Patapan Madura, yang mencatat aktivitas belajar bersama KH Abdul Mannan.

KH Abdul Mannan, yang memiliki nama kecil Raden Bagus Darso, merupakan pendiri awal Pondok Tremas di Kecamatan Arjosari, Pacitan. 

Pondok yang ia dirikan selepas menimba ilmu di Tegalsari ini kemudian menjadi pusat pendidikan Islam di Pacitan dan sekitarnya.

Berdasarkan temuan Gus Asna, sebuah koran Belanda pernah meliput pesantren tersebut dan menyebutnya sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Pacitan, didirikan sekitar tahun 1660.

KH Abdul Mannan wafat pada Jumat pertama bulan Syawal 1282 H dan dimakamkan di Desa Semanten. Ia meninggalkan tujuh orang putera, termasuk KH Abdullah yang meneruskan perjuangan dakwah dan pendidikan.

Dengan terselenggaranya acara Dampar Simbah, GP Ansor Pacitan berharap generasi muda semakin mengenal akar sejarah keilmuan Islam di Pacitan dan melanjutkan semangat perjuangan para ulama terdahulu.

“Melalui acara ini, kami ingin menghidupkan kembali semangat rihlah ilmiah dan keilmuan yang telah diwariskan oleh para ulama kita,” pungkas Zainal. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan PC GP Ansor Pacitan