KETIK, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa meminta masyarakat yang hendak berpindah dari desa ke kota alias melakukan urbanisasi melengkapi diri dengan keterampilan khusus.
Mantan Ketua Umum PP Muslimat NU mengingatkan, berpindah ke kota besar seperti Surabaya harus dipikirkan matang-matang dan memiliki skill. Jika tidak, harapan mendapat pekerjaan dengan mudah bisa tinggal impian.
“Saya rasa orang sudah akan melihat bahwa di Kota itu butuh skilled labour (sumber daya manusia yang memiliki keterampilan khusus),” jelas Gubernur Khofifah.
Keterampilan khusus ini adalah kriteria-kriteria yang dibutuhkan perusahaan. Agar para perantau bisa bersaing dan terserap dunia kerja. “Kalau tidak masuk kategori skilled labour, maka mereka akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai,” tambah mantan Menteri Sosial tersebut.
Menurut Khofifah, skilled labour dibutuhkan masyarakat yang hendak merantau dari desa ke kota termasuk Surabaya. Itu karena rata rata kesempatan pekerjaan di kota besar berada di sektor padat modal (industri, red).
Disnakertrans Jatim: Perusahaan Butuh Pelamar Multiskill
Sementara itu, Kabid Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja sekaligus Plt. Kabid Pelatihan dan Produktivitas Disnakertrans Prov. Jatim Purwanti Utami menilai, saat ini banyak perusahaan membutuhkan multiskill dari pelamar kerja formal.
"Banyak perusahaan memilih tenaga kerja multiskill. Hal ini membuat banyak perusahaan tidak menggunakan pekerja yang hanya memiliki single skill," jelasnya.
Wanita yang akrab disapa Ami itu juga mengingatkan, pemerintah daerah (Pemda) di Jawa Timur tidak boleh membatasi pencari kerja berdasarkan domisili. Hal ini karena wajar para pencari kerja akan berbondong-bondong mencari pekerjaan di kawasan industri seperti Surabaya dan sekitarnya.
"Dari sisi konsep ketenagakerjaan, itu sangat wajar. Pencari kerja itu dari daerah-daerah yang memang tidak banyak peluang kerja. Dan akan bermigrasi ke daerah lain mencari pekerjaan," ucapnya.
Kawasan perkantoran di Surabaya Selatan, 16 April 2025. (Foto: Khaesar Utomo/Ketik.co.id)
Ami menilai urbanisasi hal wajar dan tidak bisa dicegah. Dia menambahkan, urbanisasi adalah hak asasi semua orang, yakni untuk mencari pekerjaan dimana saja.
"Maka itu, pada saat ada daerah-daerah tertentu yang membatasi, katakanlah, ini hanya peluang (kerja) nya untuk masyarakat di kabupaten ini saja. Itu sebetulnya melanggar hak asasi," terangnya.
Dengan memiliki multiskill, para pendatang akan memiliki nilai tawar lebih di mata perusahaan. "Karena itu menjadi poin tersendiri dari perusahaan untuk menerima para pencari kerja formal," beber Ami.
Untuk memenuhi kebutuhan multiskill ini, Ami menyebut Dinas Ketenagakerjaan Jatim telah memiliki program-program pelatihan kepada masyarakat, terlebih para pencari kerja. "Sebenarnya banyak lowongan pekerjaan yang dibuka perusahaan-perusahaan di Jawa Timur. Namun, memang banyak perusahaan mencari multiskill," katanya.
Dia menyebut jumlah pengangguran di Jawa Timur mencapai 4 persen. Ini paling rendah dibandingkan provinsi lainnya yang sampai 5 persen lebih. "Dari sisi itu, sebetulnya kondisinya cukup kondusif di Jawa Timur. Tetapi kan enggak boleh terlena ya, karena tetap masih ada pengangguran," ungkap Ami.
Dia juga menyebut Dinas Ketenagakerjaan Jatim terus menggelar job fair dan career day. "Itu salah satu cara untuk menyerap pengangguran di Jatim selain menyiapkan multiskill yang memang dibutuhkan perusahaan," pungkasnya. (*)