KETIK, PROBOLINGGO – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH Moh Zuhri Zaini, menegaskan bahwa menuntut ilmu agama tidak cukup hanya mengandalkan kecerdasan intelektual, melainkan harus dibimbing oleh guru yang memiliki sanad keilmuan yang jelas. Pesan ini beliau sampaikan dalam sambutan acara Wisuda Amtsilati ke-XVI dan Imrithi ke-VIII Wilayah Zaid bin Tsabit Putri, Senin (26/05/25), di Aula I Pesantren.
“Belajar agama tidak sama seperti belajar ilmu pengetahuan umum. Sebab belajar agama tanpa guru bisa menyebabkan ketidakjelasan sanad. Sedangkan pelajaran umum bisa dilakukan secara otodidak dengan mengandalkan kecerdasan,” tegas Kiai Zuhri di hadapan para santri dan wali santri.
Dalam sambutannya, beliau juga menekankan pentingnya penguasaan bahasa Arab sebagai syarat utama dalam memahami literatur klasik Islam. “Bahasa Arab bukan sekadar alat komunikasi, tapi kunci memahami Al-Qur’an dan khazanah keislaman klasik. Hukumnya fardhu kifayah. Kalau tidak ada yang menguasainya, siapa yang akan menjaga ilmu agama ini?” imbuh beliau.
Kiai Zuhri juga merekomendasikan penggunaan metode pembelajaran yang efektif seperti Amtsilati, Al-Miftah, dan Nubdatul Bayan untuk mempercepat penguasaan ilmu alat dan kemampuan membaca kitab.
Acara wisuda yang berlangsung khidmat ini ditutup dengan pesan reflektif dari Kiai Zuhri agar para santri senantiasa menjaga adab dalam belajar dan tidak melupakan pentingnya sanad dalam setiap laku keilmuan. (*)