KETIK, PROBOLINGGO – Raluna Coffee kembali menjadi saksi ruang ilmu yang menghangatkan jiwa, Rabu 26 Mei 2025. Di tengah aroma kopi yang khas dan suasana malam Paiton yang tenang, kajian Sirah Nabawiyah terus digelar secara konsisten. Dua kali dalam sepekan, malam Selasa dan malam Jumat, kaum muda, mahasiswa, hingga masyarakat umum berkumpul untuk menambah wawasan dan menelusuri jejak sejarah peradaban Islam.
Setelah menyelesaikan pembahasan mendalam mengenai Khalifah Umar bin Khattab, kajian kini melangkah ke fase berikutnya: mengkaji kehidupan dan kepemimpinan Utsman bin Affan. Sahabat Rasulullah yang dikenal dengan sifat pemalu dan kedermawanannya, namun memiliki peran besar dalam perluasan wilayah Islam dan pengkodifikasian mushaf Al-Qur’an.8
Di bawah kepemimpinan Mohammad Nurkholis Muslim, kajian ini tidak hanya menjadi ruang kajian semata, tetapi juga menjadi medan tafakur dan dialog sejarah yang hidup. Nurkholis memilih karya besar Husein Haikal sebagai rujukan utama kajian ini, karena pendekatan yang digunakan—antropologis, sosiologis, dan historis—mampu menyajikan sejarah secara utuh dan bernyawa.
“Buku ini tidak sekadar bercerita, tetapi mengajak kita menyelami bagaimana para sahabat berpikir, mengambil keputusan, dan merespons tantangan zaman,” ungkap Nurkholis saat sambutan penutup kajian terakhir buku Sirah Umar bin Khattab, Senin malam 26 Mei 2025.
Peserta kajian pun bukan sekadar datang untuk mendengar. Mereka mencatat, bertanya, mendiskusikan, bahkan merefleksikan nilai-nilai yang ditemukan dalam sirah ke dalam konteks kekinian. Diskusi pun berlangsung hangat dan egaliter, menjadikan kajian ini sangat diminati.
Setiap pertemuan, jumlah peserta bertambah. Mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa yang haus akan ilmu dan narasi sejarah yang otentik. Sebagian lainnya adalah guru, aktivis mahasiswa, hingga pegiat literasi lokal. Suasana kajian terasa akrab dan dinamis, jauh dari kesan kaku dan formal.
Kajian Sirah Nabawiyah ini bukan sekadar menyampaikan informasi, tapi juga membentuk cara pandang. Ia membuka kesadaran bahwa sejarah bukan untuk dikenang semata, melainkan untuk diteladani dan dijadikan pelajaran bagi masa kini dan masa depan.
Ponirin Mika, pembina kajian ini, menekankan pentingnya mengenal sosok Nabi dan para sahabat. Menurutnya, teladan yang agung tidak lahir dari ruang hampa, melainkan dari sejarah yang nyata dan perjuangan yang konkret.
“Banyak umat Islam tidak mengenal siapa para sahabat. Padahal, dari mereka kita bisa belajar bagaimana bersikap jujur, adil, berani, sabar, dan ikhlas. Kajian ini penting agar umat tidak tercerabut dari akar sejarahnya,” ujarnya.
Ia menambahkan, ketika umat Islam memahami siapa Utsman bin Affan, maka mereka akan mengenal sosok pemimpin yang lembut tapi tegas, kaya tapi dermawan, pemalu tapi bijaksana. Sosok yang mencintai Al-Qur’an, dan rela mengorbankan hartanya demi Islam.
Tidak hanya terpaku pada satu referensi, kajian ini terbuka untuk beragam literatur. Peserta didorong untuk membaca dari banyak sumber, termasuk kitab klasik maupun buku-buku sejarah kontemporer. Dengan begitu, kajian ini tidak hanya memperkaya pengetahuan, tetapi juga membentuk wawasan kritis.
Kegiatan ini pun menciptakan ekosistem belajar yang inklusif. Raluna Coffee bukan sekadar tempat ngopi, tetapi menjadi semacam "madrasah malam" yang terbuka bagi siapa pun yang ingin mendalami Islam dengan pendekatan yang ilmiah, reflektif, dan dialogis.
Peserta tidak dibatasi usia atau latar belakang. Semua duduk sejajar. Ada yang datang dengan kitab, ada pula yang membawa laptop atau ponsel untuk mencatat poin-poin penting. Tak jarang, suasana menjadi emosional ketika membahas perjuangan dan pengorbanan para sahabat dalam membela kebenaran.
Nurkholis berharap, dengan mendalami sirah para sahabat, umat Islam akan memiliki identitas sejarah yang kuat. Tidak mudah digoyahkan oleh narasi asing yang meminggirkan peran Islam dalam membangun peradaban dunia.
Lebih dari itu, ia ingin generasi muda menjadikan sejarah Islam sebagai sumber inspirasi dalam merespons tantangan zaman. Bukan nostalgia romantis, tapi energi untuk bergerak dan membangun peradaban yang bermartabat.
Kajian ini pun menjadi bukti bahwa sejarah Islam tidak mati. Ia hidup, dan terus memberi napas kepada mereka yang ingin meniti jalan kebaikan. Sejarah adalah guru kehidupan, dan para sahabat Nabi adalah contoh terbaik dari manusia yang menapaki jalan itu dengan penuh kesungguhan.
Dengan suasana yang penuh makna dan nilai, Kajian Sirah Nabawiyah di Raluna Coffee Paiton menjadi gerakan kecil yang membawa pengaruh besar. Ia tidak hanya menghidupkan sejarah, tetapi juga menanamkan harapan baru bahwa Islam yang tercerahkan lahir dari generasi yang paham akan akarnya. (*)