KETIK, SURABAYA – Investor senior Lo Kheng Hong memberikan pernyataan menenangkan di tengah kekhawatiran resesi ekonomi Indonesia.
Dalam sebuah Talkshow yang digelar oleh JCI, pria yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia itu menyebut bahwa kondisi ekonomi nasional masih berada dalam jalur yang sehat dan tidak perlu khawatir berlebihan.
"Memang pada saat ini, daya beli melemah tentu saja banyak pengusaha penjualannya menurun 50%, tapi menurut saya Indonesia dalam keadaan baik-baik saja," jelasnya saat ditemui di Surabaya, Minggu, 13 April 2025.
Ia menambahkan, perbedaan keadaan yang sangat jauh di tahun 1998 dengan 2025 saat ini, karena Indonesia saat ini sudah memiliki cadangan devisa.
"Indonesia memiliki cadangan devisa Rp157 miliar Dolar," jelas Lo Kheng Hong.
Lo menyebutkan beberapa indikator yang menurutnya menjadi penopang utama stabilitas ekonomi nasional, seperti tingkat inflasi yang terkendali, pertumbuhan konsumsi domestik yang konsisten, serta sektor perbankan yang sehat dan stabil.
Pernyataan ini datang di tengah kekhawatiran masyarakat akibat berita-berita negatif soal ancaman resesi.
Beberapa analis memperkirakan bahwa tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dan kenaikan suku bunga global bisa membawa dampak negatif terhadap ekonomi nasional. Namun, pandangan Lo Kheng Hong memberikan sudut pandang yang lebih optimistis dan menyejukkan.
"Kalau Rupiah melemah, Bank Indonesia bisa melakukan intervensi untuk membiayai impor, masih banyak uang," jelas Lo Kheng Hong.
Menurutnya, saat ini inflasi rendah dan suku bunga juga rendah, berbeda dengan keadaan ekonomi pada tahun 1998.
"Tahun 98 bunga deposit 70 persen, bunganya tinggi sekali, 98 bank pada bangkrut. Kondisi sekarang bank-bank sangat sehat," jelasnya.
Lo mengungkapkan, laba dari setiap bank Indonesia di tahun 2024 terus mengalami peningkatan.
"Misalnya Bank BCA mendapat laba Rp55,8 triliun, Bank Mandiri laba Rp55,7 triliun, BRI paling tinggi Rp60 triliun di tahun 2024, kondisi bank kita sangat sehat," urai Lo.
"Menurut saya, negara kita aman, stabil. Tidak resesi, tidak krisis. Indonesia baik-baik saja," imbuhnya.
Sebagai informasi, pasar saham Indonesia mengalami tekanan signifikan, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok lebih dari 9% pada awal April 2025, memicu penghentian sementara perdagangan.
Nilai tukar Rupiah juga melemah tajam, mencapai rekor terendah terhadap Dolar AS sejak krisis finansial Asia. Bank Indonesia merespons dengan intervensi agresif di pasar valuta asing dan obligasi untuk menstabilkan nilai tukar dan menjaga kepercayaan investor. (*)