KETIK, LABUHAN BATU – Seorang warga selaku pemerhati sosial dan lingkungan, Ishak (58) menyoroti manajemen di PTPN IV Regional II Kebun Berangir, Desa Perkebunan Berangir, Kecamatan Na IX – X, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Sumut.
Pasalnya, sistem pengelolaan maupun pengendalian di perusahaan plat merah tersebut, dinilai sangat buruk dan berdampak kepada kerugian negara.
Indikasi itu jika melihat dibeberapa titik afdeling, masih ditemukannya areal perkebunan sekitaran tanaman kelapa sawit, ditumbuhi dengan semak belukar yang tebal dan tinggi.
Selain itu, jalan angkut hasil produksi tandan buah sawit di perusahaan milik plat merah itu, dinilai sangat buruk. Selain berlumpur, jalanan juga dipenuhi genangan air terbilang dalam.
Demikian disampaikan pemerhati sosial dan lingkungan, Ishak di Rantauprapat, Sabtu, 15 Maret 2025.
Ishak saat berada di salah satu kondisi Jalan Produksi yang terbilang buruk di sekitaran Afdeling 1, PTPN IV Regional II Kebun Berangir, Kecamatan NA IX – X, Kabupaten Labura. (Foto: Ishak for Ketik.co.id)
Dijelaskan Ishak yang berdomisili di Desa Sungai Raja, Kecamatan NA IX-X atau sekitar 150 meter dari areal Afdeling I PTPN IV Kebun Berangir itu, kemarin dirinya melihat kondisi buruknya jalan produksi dan areal tanaman.
"Saya mendokumentasikan hal-hal itu, kondisi jalan produksi sangat miris dan buruk sekali. Bagaimanalah proses langsir tandan buah sawitnya dengan situasi jalan berlubang, berlumpur dan berair," sebutnya.
Tidak sampai di sana, kondisi lahan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu pun, diperparah dengan lebat serta tingginya semak belukar yang akhirnya menutupi areal batang kelapa sawit.
Semak berupa tumbuhan anak kayu tersebut, diyakininya mengakibatkan sulitnya pemanen buah untuk mengambil tandan buah sawit di pohon yang juga masih terbilang sangat berproduksi.
Dua pandangan kondisi miris dan seharusnya tidak seperti itu terhadap usaha milik negara, akan sangat berdampak terhadap penerimaan uang negara.
"Pasti, kerugian akan terus berlangsung. Karena, ada buah sawit yang tidak terangkut karena jalan rusak. Selain itu, ada pohon sawit yang tidak dipanen akibat tingginya semak belukar," papar Ishak.
Ishak saat berada di salah satu kondisi semak belukar yang ada di sekitaran tanaman kelapa sawit di Afdeling 1, PTPN IV Regional II Kebun Berangir, Kecamatan Na IX – X, Kabupaten Labura. (Foto: Ishak for Ketik.co.id)
Diakui Ishak, walau dapat dikatakan tidak semua areal kondisinya buruk, tetapi jalan produksi yang sulit dilalui maupun semak belukar menutupi areal pohon sawit, nyaris dilihatnya dibeberapa titik sekitaran Afdeling 1 dan lainnya.
Berbicara kerugian uang negara, lanjutnya, sangat berdasar. Sebab, perusahaan perkebunan itu memiliki pengelolaan uang yang bersumber dari Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social Responsibility (CSR).
"Penggunaan uang kan sesuai dengan kebutuhan areal. Nah, kalau ada yang tidak tersentuh, timbul pertanyaan ke mana dana peremajaan, perawatan atau pemeliharaannya. Misalnya, biaya pupuk, upah panen, upah babat belukar dan lainnya. Ini juga perlu ditelusuri," ujar Ishak lagi.
Sebab, sambungnya, khususnya perusahaan jelas memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan, termasuk masalah berdampak pada lingkungan seperti polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja.
Jurnalis Ketik.co.id sudah berupaya melakukan konfirmasi kepada Manajer PTPN IV Regional II Kebun Berangir, Edwin Seto Kusbandi maupun Asisten Personalia Kebun (APK), M Aulia Pakpahan melalui pesan WhatsApp, Sabtu, 15 Maret 2025. Namun hingga berita ini dimuat, keduanya belum memberikan tanggapan.
Konfirmasi yang dilayangkan sekaligus berikut foto lokasi sekaitan kondisi jalan produksi yang buruk maupun semak belukar, hingga kini belum juga ditanggapi keduanya. (*)