KETIK, SURABAYA – Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, tradisi ziarah kubur menjadi pemandangan yang umum dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Tradisi ini telah lama mengakar dalam budaya masyarakat, khususnya umat Muslim.
Tradisi ini memiliki makna spiritual dan budaya yang mendalam. Biasanya, keluarga atau masyarakat akan mengunjungi makam keluarga, orang tua, atau kerabat yang sudah meninggal untuk mendoakan mereka, memohon ampunan bagi almarhum/almarhumah, serta memohon keberkahan dan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa.
Suasana ramai terlihat di Pemakaman Umum Ngagel Rejo, Surabaya, menjelang bulan suci Ramadhan. Tradisi ziarah kubur yang dilakukan masyarakat dimanfaatkan oleh para pedagang kaki lima (PKL) untuk menjajakan berbagai dagangan.
Para pedagang kaki lima yang berada di area Makam Ngagel Rejo, Kamis 27 Februari 2025. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Pantauan Ketik.co.id, Kamis 27 Februari 2025, pukul 13.25 WIB, para pedagang memenuhi jalan yang berada di tengah pemakaman umum, mulai dari pintu masuk hingga ke area tengah makam.
Ada beberapa pedagang, mulai bakso, soto, kerupuk sambal dan minuman. Namun di bagian luar makam banyak pedagang bunga tabur dadakan.
Salah satu pedagang bakso, Sofyan Bahrul, menyebut dirinya baru kali ini berjualan di Pemakaman Ngagel Rejo. Harga 1 porsi baksonya Rp10 ribu. Hari ini, ia baru menjual 5 porsi bakso.
"Baru kali ini berhenti di sini, belum ramai soalnya baru datang," tuturnya pada Ketik.co.id.
Sementara, pedagang bunga tabur dadakan Arini mengaku telah berjualan sejak Jumat 21 Februari 2025 lalu untuk menyambut megengan.
Pedagang bunga yang ada di kawasan Makam Bung Tomo Surabaya. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
"Alhamdulillah, satu kresek Rp5.000, ya kalau ramainya ya hari ini sama besok, mungkin besok ramai karena hari terakhir," jelasnya.
Tetapi, Arini juga menambahkan jika hujan maka pemasukannya berkurang karena jarang ada yang datang untuk berziarah.
"Kalau hujan ya sepi, hari ini alhamdulillah ramai," ujarnya.(*)