KETIK, SURABAYA – Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, aroma khas kue keranjang menyeruak di sudut rumah yang berada di Kota Surabaya.
Peningkatan permintaan atas dodol manis berbahan dasar tepung ketan dan gula ini menjadi cerita tersendiri, tidak hanya sebagai tradisi, tetapi juga peluang bisnis yang menggiurkan.
Di tengah hiruk-pikuk Kota Pahlawan salah satu kue keranjang legend yang sudah berjualan sejak 1994 bernama Kue Keranjang Lindyana.
Bertempat di rumahnya di Jl. Kalidami XI, No. 9, Mojo, Kecamatan Gubeng, Surabaya.
Anak Pemilik Kue Keranjang Lindyana Ferry Andrea terlihat sibuk membungkus kue keranjang. Dengan senyum ramah, ia mengisahkan peningkatan penjualan hingga 30% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Imlek ini ramai-ramainya, banyak pesanan orang-orang yang beli di pasar, di toko. Jadi kami kirim ke pasar, lebih banyak pesanan di minimart,” ujarnya pada Jumat 24 Januari 2025.
Anak dari Pemilik Kue Keranjang Lindyana. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Kue keranjang, atau dalam bahasa Tionghoa disebut nian gao, memiliki makna mendalam dalam tradisi Imlek. Hidangan ini melambangkan peningkatan rezeki dan kebersamaan keluarga.
Tidak hanya di wilayah Surabaya, permintaan juga datang bahkan dari luar pulau seperti Sulawesi dan Kalimantan.
“Selain Surabaya, kirim juga ke Sidoarjo, Malang, Gresik, dan sampai luar pulau,” ungkap Ferry.
Fery menyebut, permintaan pesanan semakin tinggi dari dua pekan sebelum perayaan Tahun Baru Imlek. Hingga dirinya memiliki pegawai di setiap proses pembuatan.
"Kita memiliki enam pegawai, 2 untuk masak, 2 untuk packing Kue dan diplastik, lalu 2 lagi pengepakan dan menempelkan stiker," rinci Ferry.
Setiap harinya, usaha ini bisa memproduksi lebih dari 150 kilogram bahan baku.
Manisnya kue keranjang ciri khas perayaan Imlek. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Satu kali memproduksi menghasilkan kue keranjang empat dus atau lebih 150 kotak dengan berbagai isi ukuran.
“Itungannya dus isi 20 sampai 50 kotak. Sekali kirim bawa lebih dari 10 dus. Meningkat, tahun lalu 150 dus tahun ini 170 dus,” rinci Ferry.
Setiap kotak kue keranjang diisi macam-macam varian ukuran dari yang kecil berdiameter 4 cm, sedang 5 cm, dan yang paling besar 6 cm. Namun, yang paling diminati adalah berukuran kecil.
"Kue Keranjang kecil-kecil ini satu kotak isi sembilan dengan harga pasarnya
Rp 35.000. Kita disini sedia satu kotak isi satu, tapi yang besar seharga Rp 20.000," jelas Ferry.
Ferry mengungkapkan cara penyimpanan kue keranjang dengan dikemas tutup rapat, kue keranjang ini disebut tahan satu bulan. Bahkan lebih dari itu saat disimpan di lemari pendingin.
"Dengan ketahanan Kue Keranjang buatannya bisa sampai 6 bulan disimpan di suhu ruangan, dan bisa sampai setahun di lemari pendingin." ujar Ferry.
Tak hanya saat Imlek, Ferry menyebut, momen laris manis kue keranjang juga terjadi saat perayaan Tjap Go Meh.
Peningkatan penjualan kue keranjang ini tak hanya menggerakkan roda perekonomian kecil, tetapi juga menjaga tradisi leluhur tetap lestari.
Dengan inovasi rasa dan kemasan, kue keranjang kini tak lagi hanya menjadi simbol perayaan, tetapi juga jembatan antara generasi lama dan baru.
Di tengah suasana Imlek yang meriah, manisnya kue keranjang menjadi pengingat bahwa tradisi dan peluang dapat berjalan berdampingan, menghadirkan harapan akan masa depan yang lebih baik.(*)