Meriahnya Idul Fitri di Indonesia: Tradisi Unik yang Wajib Diketahui

30 Maret 2025 07:30 30 Mar 2025 07:30

Thumbnail Meriahnya Idul Fitri di Indonesia: Tradisi Unik yang Wajib Diketahui Watermark Ketik
Beragam Tradisi Saat Hari Raya Idul Fitri (Foto: Rihad Humala/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Hari raya Idul Fitri menjadi momen yang ditunggu setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. 

Masyarakat merayakannya dengan penuh suka cita sebagai rasa syukur kepada pencipta. Beragam tradisi unik dilestarikan secara turun temurun. 

Berikut beberapa tradisi hari raya Idul Fitri yang dirangkum dari beberapa wilayah di Indonesia.

 

1. Grebeg Syawal, Yogyakarta

Sesuai dengan namanya, tradisi ini dilakukan setiap tanggal 1 Syawal di Keraton Yogyakarta atau Surakarta. 

Upacara grebeg ialah berupa gunungan hasil bumi yang dibagi menjadi tujuh gunungan. 

Yakni 3 gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masing-masing satu buah gunungan.

Rangkaian upacara grebeg dilakukan dengan mengarak berbagai gunungan tersebut dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman. 

Setelah diarak kemudian didoakan dan diperebutkan oleh masyarakat. Berbagai gunungan hasil bumi tersebut sebagai wujud rasa syukur setelah melewati bulan Ramadhan.

 

2. Ronjok Sayak, Bengkulu

Kata ‘Sayak’ berarti batok kelapa. Ronjok Sayak dapat diartikan sebagai tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk hingga satu meter. 

Batok kelapa tersebut disusun dengan rapi dalam bentuk menara yang melambangkan gunung. 

Kemudian dibakar yang dipertontonkan kepada seluruh masyarakat sebagai simbol kebersamaan.

Selama proses pembakaran batok kelapa diiringi dengan pembacaan doa. Tradisi ini biasa dilakukan setelah setelah shalat Isya’ tanggal 1 Syawal. 

Masyarakat melakukannya sebagai bentuk rasa syukur sekaligus mengenang arwah leluhur.

 

3. Perang Topat, Lombok

Tradisi ini dilakukan dengan melempar ketupat pada enam hari setelah hari raya Idul Fitri. 

Sebelum saling melempar ketupat masyarakat mengarak berbagai hasil bumi. 

Tradisi Perang Topat ini merupakan simbol kerukunan antara umat Hindu dan Islam yang hidup di Lombok. Menariknya, tradisi ini dilakukan di sebuah Pura. 

Meski disebut perang, sama sekali tidak tersirat rasa benci di dalamnya. Malahan, tradisi ini justru melambangkan rasa syukur, serta kerukunan umat beragama di Lombok.

 

4. Binarundak, Sulawesi Utara

Binarundak ialah tradisi besar masyarakat Motoboi selama tiga hari berturut-turut setelah hari raya Idul Fitri. 

Biasanya dilakukan dengan memasak Nasi Jaha bersama-sama. Nasi Jaha merupakan makanan khas Sulawesi Utara. 

Nasi Jaha ialah beras yang dimasak dalam batang bambu serta perpaduan cita rasa gurih dari santan dan Jahe yang cukup kuat. 

Nasi Jaha tersebut dibakar secara beramai-ramai di lapangan dengan menggunakan sabut kelapa. 

Setelah masak masyarakat memakannnya secara bersama-sama. Tradisi Binarundak dalam menyambut lebaran merupakan sarana silaturrahmi terhadap sesama.

 

5. Tumbilotohe, Gorontalo

‘Tumbilo’ bermakna memasang dan ‘Tohe’ bermakna lampu. Dengan kata lain, tradisi Tumbilotohe adalah memasang lampu. 

Lampu-lampu yang dipasang ialah lampu tradisional dengan minyak tanah. 

Masyarakat akan memasang lampu di depan rumah dan sepanjang jalan menuju masjid sebagai pertanda berakhirnya bulan Ramadhan. 

Lampu-lampu dipasang dalam berbagai formasi seperti Masjid, al-Qur’an, dan kaligrafi.

Tahun 2007 silam, perayaan Tumbilotohe masuk Museum Rekor Indonesia (MURI), karena menghias Gorontalo dengan lima juta lampu. (*)

Tombol Google News

Tags:

tradisi lebaran #ronjok sayak #perang topat #binarundak Tumbilotohe idul fitri #grebeg syawal