KETIK, SURABAYA – Dalam penanggalan Tionghoa, Tahun Ular Kayu menjadi salah satu shio yang memiliki makna mendalam dan penuh filosofi.
Shio ini hadir setiap 60 tahun sekali, dan dalam tradisi masyarakat Tionghoa, Ular Kayu melambangkan kebijaksanaan, ketenangan, dan stabilitas.
Dijelaskan oleh Dosen Chinese Department Petra Christian University (PCU) Elisa Christiana, B.A., M.A., M.Pd., ,menjelaskan selama ini sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap Imlek sebagai ritual keagamaan.
Di tahun 2025 juga menjadi perhatian khusus, karena dikenal sebagai Tahun Ular Kayu. Namun ternyata, ada makna tersembunyi di balik shio tahun ini.
“Dalam budaya Tionghoa, tahun ini sebenarnya merepresentasikan kombinasi antara unsur api dan kayu yang saling mendukung. Kayu membakar api, melahirkan simbol terang yang menjadi petunjuk dan harapan untuk masa depan. Jadi, ini adalah tahun yang baik untuk memasuki fase baru dengan optimisme,” ungkap Elisa melalui keterangan tertulis pada 28 Januari 2025.
Ia juga menekankan bahwa unsur api dalam tahun ini memberikan energi dan simbol kehidupan.
Elisa menjelaskan penafsiran ini menunjukkan bagaimana tradisi Tionghoa selalu berupaya mencari harmoni dalam setiap elemen kehidupan.
"Termasuk dalam penggunaan dekorasi selama Imlek, ada makna yang diyakini oleh masyarakat Tionghoa," kata Elisa,
Dekorasi tidak harus mahal, tapi dekorasi harus mampu menghadirkan kebahagiaan dan semangat baru.
“Misalnya, bunga musim semi maupun buah kimkit yang melambangkan rezeki, serta hiasan bambu. Dekorasi ini tidak hanya estetis, tapi juga menyampaikan harapan akan keberuntungan di tahun baru,” paparnya.
Di tahun Ular Kayu ini, dekorasi khusus yang menonjolkan simbol ular juga bisa menjadi pilihan menarik.
Selain mempersiapkan dekorasi, penting untuk memahami pantangan Imlek. Salah satunya, tidak menyapu pada hari pertama tahun baru.
“Ini bukan hanya soal pantangan, tetapi lebih pada filosofi dalam menghormati hoki yang dianggap datang pada hari tersebut. Kita juga diingatkan untuk tidak bertengkar atau memecahkan barang, karena hal ini dipercaya dapat memengaruhi harmoni di sepanjang tahun,” terang Elisa.
Perayaan Imlek dengan semua tradisi dan filosofinya merupakan salah satu cara masyarakat Tionghoa menjaga warisan budaya mereka.
“Imlek adalah perayaan penuh harapan, menyambut musim baru dengan optimisme. Jika kita memahami makna di balik tradisi ini, kita bisa merayakannya dengan cara yang lebih autentik dan bermakna,” tutup Elisa. (*)