KETIK, SURABAYA – Kongres XVIII Muslimat NU di Surabaya berjalan alot. Forum tertinggi yang di dalamnya ada pemilihan Ketua Umum Muslimat NU itu digelar tertutup.
Diketahui, Pembukaan Kongres XVIII Muslimat NU digelar di Jatim Expo Surabaya pada Senin, 10 Februari 2025 yang dihadiri langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Wapres RI Gibran Rakabuming Raka, Sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih, Ketum PBNU dan tokoh-tokoh nasional.
Usai seremoni pembukaan, dilanjutkan rapat tertutup di Asrama Haji Surabaya. Proses Kongres berjalan hingga malam ini, Jumat, 14 Februari 2025.
Jurnalis Ketik.co.id mencoba mengikuti forum Kongres di lokasi. Namun pihak panitia menyebut Kongres tertutup.
Meski demikian, Jurnalis Ketik.co.id terus mencari informasi bagaimana proses Kongres berjalan.
Informasi yang dihimpun Jurnalis Ketik.co.id dari petinggi NU dan Muslimat, menyebutkan bahwa ada upaya penggembosan agar Khofifah Indar Parawansa (Ketum Muslimat NU saat ini) tidak terpilih kembali sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU.
Sumber informasi A1 ini menyebutkan bahwa Jumat malam ini akan menentukan Ketum Muslimat NU yang baru. Dugaan kuat ada upaya penggembosan agar Khofifah Indar Parawansa tidak kembali terpilih sebagai ketua umum.
Kata sumber yang enggan disebut namanya itu, PBNU mencoba mengatur skenario di AD/ART dengan menyiasati agar struktur kepengurusan di tubuh Muslimat NU sama seperti di PBNU, yakni terdapat pengurus Syuriyah yang dipimpin oleh Rais Aam dengan tugas sebagai Dewan Pembina, dan pengurus Tanfidziyah yang dipimpin oleh Ketua Umum dengan tugas sebagai pengurus eksekutif.
"PBNU mencoba mengarahkan untuk adanya regenerasi kaderisasi. Dibutuhkan format dan struktur baru. Salah satunya di Muslimat akan ada semacam Rais Aam dan Tanfidz seperti di PBNU," tutur sumber tersebut.
Kemudian, Khofifah akan digiring menjadi Rais Aam agar tidak memimpin sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU. Infonya ada dua nama kuat yang mencuat sebagai penantang Khofifah.
"Tetapi arah ini bisa dibilang menggembosi Khofifah di tahun 2029 di mana Bu Khofifah sudah dua periode Gubernur Jatim dan 2029 harus masuk kontestasi politik nasional Pilpres," bebernya.
Skenario besar ini diduga kuat mengarah kepada pelemahan Khofifah di area politik nasional terutama menatap 2029.
Diketahui, tahun 2029 masuk fase pesta demokrasi lima tahunan yakni Pilpres. Di tahun yang sama Khofifah selesai sebagai Gubernur.
"Bu Khofifah lepas dari Gubernur tidak ada pilihan lagi selain Pilpres. Menteri tidak mungkin karena Khofifah sudah pernah dua kali menjadi menteri di Era Gus Dur dan Jokowi," imbuhnya.
Dengan tidak lagi tidak menjabat Ketum PP Muslimat, power Khofifah di tubuh Muslimat semakin melemah. Tidak leluasa seperti sebelumnya sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU yang bebas bersafari di Indonesia.
Sedangkan di Muslimat, Khofifah tercatat telah memimpin Ormas tersebut selama 4 periode atau 20 tahun.
Jika Khofifah tidak kembali memimpin Muslimat dengan jutaan kader Se-Indonesia, hal tersebut dikatakan akan melemahkan power Khofifah di tingkat nasional.
"Sehingga basis masa besar Muslimat akan lepas dari genggamannya. Terang saja apabila benar Rais Aam, maka Khofifah tak ubah hanya pimpin doa dan penasehat," pungkasnya.
Hingga berita ini ditulis, Jurnalis Ketik.co.id terus mencoba mencari konfirmasi pengurus PBNU di lokasi Kongres. Humas Kongres enggan berkomentar soal panasnya prosesi Kongres XVIII Muslimat NU. (*)