Tangan yang Dulu Menghancurkan, Kini Dijabat dengan Harapan, Pertemuan Umar Patek dan Penyintas Bom Bali

Penderitaan Panjang Chusnul Chotimah, Penyintas Bom Bali 2002

4 Juni 2025 18:10 4 Jun 2025 18:10

Thumbnail Tangan yang Dulu Menghancurkan, Kini Dijabat dengan Harapan, Pertemuan Umar Patek dan Penyintas Bom Bali
Pertemuan Chusnul Chotimah sebagai Penyintas Bom Bali dengan Napiter Umar Patek. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Di pembukaan Kopi Ramu 1966 penuh sesak oleh tawa dan tepuk tangan para tamu undangan. Rekan wartawan memadati area depan, ponsel terangkat ke udara untuk melihat seorang mantan teroris Umar Patek yang sedang menunjukkan mahakarya berbentuk kopi.

Namun di tengah keriuhan itu, seorang perempuan paruh baya mendekat ke Umar saat media sedang menyorotnya. Chusnul Chotimah namanya, seorang penyintas Bom Bali 2002.

Chusnul Chotimah adalah seorang penyintas Bom Bali yang baru-baru ini viral karena menceritakan kesulitan hidupnya akibat menanggung luka Bom Bali yang merusak 60 persen tubuhnya.

Lukanya tak sampai menjadi korban Bom Bali, Chusnul juga mengalami beban hidup karena anak bungsunya didiagnosis memiliki penyakit Von Willebrand membuat darah putranya sulit membeku.

Belum lagi masalah ekonomi yang dihadapi Ibu paruh baya ini yang sudah kehilangan suaminya di tahun 2017 yang ditembak mati karena menjadi kurir narkoba, akibat himpitan ekonomi. 

Sembari menyalami Umar, Chusnul menyampaikan sesuatu yang membuat banyak orang tercekat.

"Alhamdulillah bapak sekarang sudah berubah jadi orang yang baik, saya berharap kalau bapak ini sukses mantan napiter yang sukses semua, tolong intip kehidupan kami pak," tuturnya saat Grand Opening Kopi Ramu di Hedon Estate Selasa 3 Juni 2025.

Chusnul berharap agar jika nantinya Kopi Ramu 1966 ini sukses, Umar membangikan ilmunya kepada anaknya hingga bisa meracik kopi senikmat bikinannya.

"Bantu anak-anak kami pak, bukan bantu dalam uang, tidak. Didik pak dengan keahlian bapak seperti bikin kopi dan terima anak-anak kami kalau membutuhkan pekerja," tutur Chusnul.
Umar menyambut dengan pelan sambil mengangguk kepala, untuk mengiyakan permintaan salah satu korbannya ini.

Ia berharap Umar benar-benar menunjukkan bahwa dirinya telah selesai dengan masa lalunya dengan bertaubat dan ingin kembali di tengah masyarakat.

"Saya sangat harapkan dari kata maaf tidak hanya ucapan. Tapi adanya pembuktian," tutur Chusnul.

Menanggapi ini, Umar hanya mengangguk dan menatap Chusnul dengan pandangan penyesalan.

"Saya sudah berbincang juga dengan Dokter David untuk nantinya juga mengarah ke situ (membantu penyintas bom Bali)," kata Umar.

Mendengar ini sebagai Fasilitator Kopi Ramu 1966, drg David Andreasmito berkomitmen jika Umar Patek sukses di bidang minuman pahit ini, akan menggandeng para penyintas Bom Bali.

"Saya sangat berharap ibu bapak penyintas bisa bekerjasama karena kerjasama bukti kasih sayang," tegas pemilik Hedon Estate ini. (*)

Tombol Google News

Tags:

Chusnul Chotimah penyintas bom bali Umar Patek Napiter Kopi Ramu 1966 Hedon estate drg David Andreasmito Surabaya