Liputan Khusus Urbanisasi Kota Pahlawan [3/4]

Pemkot Surabaya Ingin Pulangkan Pendatang, Pakar Tata Kota: Mustahil

18 April 2025 06:03 18 Apr 2025 06:03

Thumbnail Pemkot Surabaya Ingin Pulangkan Pendatang, Pakar Tata Kota: Mustahil Watermark Ketik
Penumpang di Terminal Purabaya Bungurasih Surabaya, 26 Maret 2025. (Foto: Fitra Herdian/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Urbanisasi erat kaitannya dengan problematika kota besar Indonesia. Termasuk Surabaya. Fenomena ini ritus tahunan. Terutama terjadi di arus balik lebaran.

Sebagian masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong pergi ke Surabaya untuk mengadu nasib memperbaiki ekonomi keluarga. Sayangnya, tidak sedikit yang modal nekat. Tak jarang mereka tidak mempunyai keahlian cukup untuk bersaing bekerja di kota besar.

Fenomena urbanisasi ini menurut Pakar Tata Kota Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Putu Rudy Setiawan merupakan hal yang biasa terjadi. Dia mengatakan, setiap selesai mudik maka gelombang urbanisasi meningkat.

"Urbanisasi memang biasanya meningkat setelah Lebaran. Tapi itu juga tergantung pada kondisi ekonomi saat ini," katanya kepada Ketik.co.id.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistis Provinsi Jawa Timur, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang dirilis terakhir pada November 2024 sebanyak 4,19 persen. Jumlah ini turun 0,69 persen poin dibandingkan Agustus 2023.

Mayoritas sektor pekerjaan utama mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja kecuali sektor jasa lainnya dan sektor informasi dan komunikasi.

Sebanyak 9 juta orang (38,51 persen) bekerja pada kegiatan formal atau naik 1,62 persen poin dibandingkan Agustus 2023.

Proporsi pekerja penuh waktu mengalami penurunan sebesar 0,88 persen poin. Meski demikian, jumlah pekerja penuh waktu naik sekitar 238 ribu orang dibandingkan Agustus 2023 menjadi 15 juta orang.

Foto Pakar Tata Kota Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Putu Rudy Setiawan. (Foto: its.ac.id)Pakar Tata Kota Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Putu Rudy Setiawan. (Foto: its.ac.id)

Ia menjelaskan, urbanisasi tahun ini dengan beberapa tahun lalu pasti berbeda. Perbedaan yang paling mencolok menurutnya adalah kondisi ekonomi.

"Saat ini kondisi ekonomi yang sangat ketat seperti, dimana pemberlakukan efisiensi, banyak PHK, dan kurs dollar perkasa," jelasnya.

Nah, dengan kondisi-kondisi yang ia beberkan tersebut, tampaknya arus urbanisasi ke kota besar seperti Surabaya tidak sebanyak yang dibayangkan. Orang bakal lebih berpikir ulang, dikarenakan keterbatasan biaya.

"Saya memperkirakan, (urbanisasi, red) akan berubah. Bisa turun, bisa juga stagnan. Tapi yang jelas tidak naik," tegasnya.

Rencana Pulangkan Pendatang Tak Jelas

Prediksi lonjakan urbanisasi ke Surabaya setelah lebaran sebenarnya sudah mendapatkan respons dari pemerintah setempat. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bahkan tegas bakal memulangkan pendatang apabila tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal jelas di Kota Pahlawan.

Menanggapi sikap Eri Cahyadi, Putu mengatakan pernyataannya itu adalah politis saja. "Praktiknya tidak mudah," kata pria berkacamata ini.

Foto Jalanan kota Surabaya, 18 April 2025. (Foto: Fitra Herdian/Ketik.co.id)Jalanan kota Surabaya, 18 April 2025. (Foto: Fitra Herdian/Ketik.co.id)

Menurutnya memulangkan pendatang ke daerahnya, jika tidak memiliki tujuan jelas di Surabaya tidak mudah. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan.

"Apa instrumen teknisnya? Seorang wali kota memulangkan para migran? Mustahil aparat pemda menyisir migran seantero Kota Surabaya, kemudian memulangkannya. Tidak pernah ada di kota manapun di dunia. Instrumen yang lazim adalah ekonomi dan fiskal, juga instrumen demografis secara terbatas," tutur dosen ITS ini.

Alih-alih memulangkan, menurut Putu sebagai pakar tata kota, pemerintah daerah dalam hal ini Pemkot Surabaya melakukan identifikasi terhadap para pendatang atau urbanisasi.

"Urbanis, (pendatang, red) akan menghuni tempat-tempat yang legal maupun ilegal. Di situ pemda hanya bisa identifikasi, sejauh mana muncul kawasan kumuh dan liar. Hanya dari situ saja," jelas pria yang tergabung dalam Tim Ahli Lingkungan, Infrastruktur dan Bangunan ITS.

Para pendatang ini juga sensitif terhadap layanan kota, seperti infrastuktur dan fasilitas lainnya yang ada di Surabaya. "Kalau tidak nyaman (lokasi baru, red), mereka tidak akan pindah atau menghuni pinggiran," tutupnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Pakar Tata Kota Dosen ITS Putu Rudy Setiawan urbanisasi urbanisasi surabaya Kota Pahlawan