Perekonomian Jatim Tunjukkan Tren Positif, Industri Pengolahan Jadi Andalan

28 Mei 2025 20:42 28 Mei 2025 20:42

Thumbnail Perekonomian Jatim Tunjukkan Tren Positif, Industri Pengolahan Jadi Andalan
Kepala Perwakilan Kemenkeu Jatim, Dudung Rudi Hendratna saat pemaparan kondisi ekonomi di Jatim, Rabu, 28 Mei 2025. (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Perekonomian di Jawa Timur menunjukkan tren positif dalam kebijakan fiskal dan realisasi APBD. Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Provinsi Jawa Timur menilai perekonomian Jawa Timur tetap tangguh di tengah berbagai tantangan.

"Pertumbuhan ekonomi ini cukup bagus dan tabil, bahkan konsumsi ekonomi Jawa Timur tumbuh sebesar 5 persen (yoy) pada triwulan I tahun 2025, dengan kontribusi sebesar 25,11 persen terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Pulau Jawa, menjadikannya terbesar kedua setelah DKI Jakarta," kata Kepala Perwakilan Kemenkeu Jatim, Dudung Rudi Hendratna, Rabu, 28 Mei 2025.

Dudung menilai pertumbuhan ini didorong oleh sektor industri pengolahan menjadi sisi penawaran serta terjaganya konsumsi rumah tangga permintaan tercatat inflasi tercatat 1,35 persen (yoy) pada April 2025.

"Untuk kenaikan ini dipicu oleh program diskon tarif listrik 50 persen dari PLN yang telah berakhir beberapa waktu lalu dan peningkatan harga bahan pangan menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 2025," jelas Dudung.

Sedangkan untuk neraca perdagangan pada Maret 2025 mengalami defisit sebesar US$0,31 miliar, dengan nilai ekspor sebesar US$2,09 miliar dan impor US$2,40 miliar. "Justru untuk Nilai Tukar Petani (NTP) ini meningkat menjadi 109,47, didorong oleh kenaikan pada sub-sektor Tanaman Perkebunan Rakyat," terangnya.

Sedangkan untuk realisasi pendapatan negara di Jawa Timur hingga April 2025 mencapai Rp79,77 triliun atau 28,22 persen dari target APBN tahun ini yang sebesar Rp282,65 triliun. "Pada penerimaan perpajakan menyumbang Rp77,10 triliun (27,80 perse ), dan PNBP mencapai Rp2,67 triliun (50,19 persen)," ungkapnya.

Dari sisi pajak, Ditjen Pajak mencatat penerimaan sebesar Rp32,06 triliun, dengan sektor industri pengolahan menjadi kontributor utama mencapai Rp21,60 triliun. Di samping itu untuk Bea Cukai menyumbang Rp45,03 triliun, termasuk cukai yang mencapai Rp42,89 triliun,

"Ini disebabkam adanya penurunan produksi rokok golongan I dan kenaikan produksi rokok golongan II dan III pada periode ini," lugas pria yang sekaligus menjabat sebagai Kepala Kanwil DJKN Jatim.

Untuk bea masuk sendiri mencapai Rp1,88 triliun, terdampak penurunan tarif efektif dan nilai impor. Sedangkan bea keluar sebesar Rp248,6 miliar (211,5% dari target), terdongkrak harga tinggi CPO dan biji kakao.

PNBP juga mencatatkan kinerja solid dengan kontribusi utama dari pendidikan, jasa kepelabuhanan, pertanahan, serta rumah sakit dan pelayanan publik BLU.

Pada realisasi pokok lelang Kanwil DJKN Jatim, hingga April 2025 mencapai Rp1,82 triliun (33,43 persen), sementara PNBP Lelang sebesar Rp75,37 miliar (60,36 persen).

PNBP Pengurusan Piutang Negara melampaui target dengan realisasi Rp261,86 juta (170,71 persen). Sementara PNBP Aset mencapai Rp43,12 miliar (26,11 persen).

Di sisi realisasi belanja negara di Jawa Timur mencapai Rp39,59 triliun (31,31 persen), yang terdiri dari belanja Kementerian/Lembaga senilai Rp10,95 triliun, belanja pegawai mencapai Rp8,06 triliun, lalu belanja barang senilai Rp2,35 triliun.

"Untuk di belanja modal sendiri mencapai  Rp472,17 miliar, hal ini untuk sektor pertahanan, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur seperti jalan nasional dan transportasi laut/kereta api," jelasnya.

Sedangkan belanja bantuan sosial mencapai Rp67,4 miliar, dialokasikan untuk Program PKH, bantuan pendidikan dasar-menengah, anak yatim piatu (YAPI), dan bantuan pendidikan tinggi.

Kendati demikian, Dudung menegaskan bahwa kinerja APBN di Jawa Timur terus menunjukkan tren positif, baik dari sisi penerimaan maupun belanja.

"Ini merupakan cerminan sinergi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah dalam menjaga kesinambungan fiskal serta mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Jawa Timur," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Ekonomi Jatim Jawa timur perekonomian Kementerian Keuangan