KETIK, SURABAYA – "... Surabaya ku juga punya kebanggaan, Green Force Persebaya emosi jiwaku..."
Petikan lirik di atas adalah lagu wajib berjudul Song For Pride yang dinyanyikan segenap Bonek, Bonita, tim pelatih, pemain, hingga jajaran tamu penting di tribun VIP.
Song For Pride diputar setelah pertandingan Persebaya untuk membangun rasa bangga terhadap tim ini.
Identitas Surabaya dan Persebaya memang tidak bisa dipisahkan. Persebaya sudah menjadi representasi Kota Pahlawan. Oleh sebab itu pada HUT ke-732 Surabaya menjadi momentum yang sangat tepat memberikan kado istimewa dari Persebaya.
Namun sayangnya, kado berupa tampil di kompetisi Asia musim depan gagal didapatkan. Persebaya gagal menembus posisi runner-up klasemen akhir Liga 1 2024/2025 dimana itu menjadi syarat tampil di AFC Challenge Leagues (ACL) 2025.
Asisten pelatih Persebaya, Uston Nawawi sudah mengerahkan usaha demi menggapai target tersebut, yaitu tampil di kompetisi Asia musim depan. Hanya saja pada dua pertandingan terakhir, Persebaya tampil kurang maksimal.
Di laga lawan Borneo FC, Bajul Ijo meraih imbang 1-1 dan lawan Bali United kalah dengan skor telak 1-3 di Stadion GBT.
"Kami sekarang berada di empat besar. Persebaya ini membawa nama Surabaya. Pastinya selalu memberikan yang terbaik," kata Uston Nawawi ketika ditemui Ketik.co.id beberapa waktu lalu.
Tim Persebaya Surabaya di laga terakhir Liga 1 2024/2025. (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)
Keinginan tampil di Asia juga diungkapkan kiper Persebaya, Andhika Ramadhani. Kendati demikian, ia tak mau gegabah untuk menggapai target tersebut.
"Seperti Coach Uston katakan, kami lakukan pelan-pelan. Kalau belum bisa masuk di (kompetisi) Asia yang penting sudah berusaha maksimal. Apabila finis di ASEAN ya tidak apa-apa," katanya.
Kendati gagal berkompetisi di Asia. Persebaya masih mempunyai kesempatan lain yaitu berlaga di ASEAN Cup, dimana pada musim 2025 ini jumlah peserta ditambah oleh Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF).
Lisensi Persebaya
Persebaya menjadi salah satu wakil Indonesia yang berkompetisi di ajang ASEAN Cup musim depan. Mereka bersama Malut United membawa nama negara di sepak bola ASEAN.
Klub berjuluk Bajul Ijo itu tidak ada kendala untuk bisa berkompetisi di ASEAN Cup. Hal ini dikarenakan lisensi mereka sudah lolos, namun dengan catatan dari LIB.
Catatan tersebut, menurut sekretaris Persebaya, Ram Surahman sudah dipenuhi sesuai dengan regulasi LIB.
"Kemarin di kami (Persebaya) itu catatannya dari pelatih kiper dan pelatih fisik. Kuota kami sekarang bermain seperti Madura kemarin, di ASEAN. Ya sudah lolos (lisensi) kami," jelasnya.
Sementara itu berdasarkan informasi, AFF menambah jumlah peserta ASEAN Cup musim 2025/2026 menjadi 14 tim yang sebelumnya 12 tim. Dengan bertambahnya jumlah tim, otomatis menambah jumlah pertandingan.
Total pertandingan yang diselenggarakan menjadi 54 dan durasi diperpanjang menjadi 13 hari. Indonesia diwakili dua klub yang langsung lolos ke putaran final ASEAN Cup.
Statistik Persebaya
Persebaya selama kompetisi Liga 2024/2025 tampil kurang konsisten. Sejak awal musim mereka sudah memulainya dari peringkat ke-6. Kemudian sempat bertengger di puncak klasemen hingga putaran pertama.
Kemudian di putaran kedua, peringkat Persebaya kembali merosot. Selama putaran kedua, posisi terbaik yang diraih Bajul Ijo adalah urutan ke-2. Namun tidak konsisten. Hingga akhirnya berakhir di peringkat 4.
Tim Persebaya Surabaya di Liga 1 2024/2025. (Foto: Fitra/Ketik.co.id)
Hingga akhir Liga 1, statistik Persebaya menunjukkan berhasil meraih 15 kemenangan, 11 seri, dan 8 kalah.
Sedangkan untuk gol, skuad Paul Munster itu telah mencetak gol sebanyak 41, kebobolan 38 gol.
Kendati tidak bisa berkompetisi di Asia, sebenarnya peringkat Persebaya di Liga 1 2024/2025 ini lebih baik, yaitu posisi 4 daripada musim sebelumnya yang hanya mampu bertengger di urutan ke-12.
Pencapaian ini bisa menjadi kado juga dari Persebaya ke Surabaya yang saat ini sedang berulang tahun.
Arti Kota Surabaya
Surabaya pada 31 Mei 2025, genap berusia 732 tahun. Kemeriahan ulang tahun Kota Pahlawan ini juga dirasakan oleh seluruh tim Persebaya.
Asisten pelatih Persebaya, Uston Nawawi misalnya. Ia mengatakan bahwa Surabaya menjadi rumah keduanya.
"Kota ini (Surabaya) merupakan tempat saya berkarier di dunia sepak bola. Semoga terus maju dan berkembang serta semakin tertib," katanya.
Selain itu Uston juga terharu dengan militansi Bonek dan Bonita dalam mendukung Persebaya.
"Sebagai pelatih Persebaya yang paling dikangeni adalah dukungan Bonek dan Bonita dimanapun kami bermain. Dukungan mereka luar biasa," katanya.
Sedangkan kiper Persebaya, Andhika Ramadhani mengatakan, hal-hal yang dirindukan dari Surabaya adalah kulinernya. Terlebih ketika Persebaya bertanding tandang.
"Kalau sedang pertandingan luar kota, yang dikangeni pertama tentu masakan ibu, masakan istri. Tapi ada juga kuliner lain, seperti rujak cingur," ujarnya.
Satu lagi, Muhammad Hidayat. Walaupun ia sudah tidak lagi menjadi bagian dari Persebaya, namun ia sudah sangat mencintai Kota Surabaya.
Pemain asal Bontang, Kalimantan Timur itu sudah delapan tahun di Surabaya. Segala hal dari Kota Pahlawan ini sangat menancap dibenaknya, seperti kuliner. Ia mengaku segala macam kuliner pernah dicoba. "Sate, pecel, banyak. Saya pernah mencoba semuanya," kata bapak satu orang anak ini. (*)