Kado HUT Ke-732 Kota Surabaya (1)

TPS Sementara di Jetis Kulon Dikeluhkan, Tapi Dibutuhkan

29 Mei 2025 14:21 29 Mei 2025 14:21

Thumbnail TPS Sementara di Jetis Kulon Dikeluhkan, Tapi Dibutuhkan
TPS di Jalan Jetis Kulon Pertolongan, tepatnya di belakang Royal Plaza Surabaya, 29 Mei 2025. (Foto: Martudji/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Sampah adalah sisa buangan baik dari rumah tangga maupun industri skala rumahan, industri kecil juga industri besar. Sampah keberadaannya tidak bisa dihindarkan dari kehidupan sehari-hari.

Sampah umumnya terbagi menjadi dua, pertama sampah organik atau sisa olahan dari makhluk hidup, jenis sampah ini mudah terurai secara alami. Jenis kedua, sampah anorganik yakni sampah sisa olahan yang tidak mudah terurai secara alami, karena berasal dari bahan-bahan nonhayati seperti plastik, kaca dan logam dan sejenisnya.

Tempat Penampungan Sampah (TPS) Sementara dipastikan menjadi kebutuhan masyarakat di setiap wilayah, fungsinya sebagai penampungan buangan sampah rumah tangga juga pelaku usaha baik kecil menengah atau besar di wilayah tersebut.

Namun, tak sedikit keberadaan TPS Sementara di sebuah wilayah menjadi momok atau meresahkan. Pro dan kontra pun kerap muncul seiring keberadaan sampah yang berdampak kumuh serta aroma tak sedap yang ditimbulkan.

Di peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-732 Pemerintah Kota Surabaya ini Ketik.co.id sengaja menyusuri sejumlah tempat penampungan sampah di wilayah Surabaya. Misalnya, tempat penampungan sampah di Jalan Jetis Kulon Pertolongan, tepatnya di belakang Royal Plasa dekat rel kereta api.

Media ini mengamati lokasinya. Di pojok tidak terlalu luas, di dinding bertengger spanduk kusam bertuliskan 'Pemerintah Kota Surabaya dan di bawahnya Dinas Lingkungan Hidup'. Aktivitas warga membuang sampah, pemulung, tukang sapu yang membersihkan lokasi dan lalu lalang pengendara tak luput dari pengamatan.

Foto TPS  di Jalan Jetis Kulon Pertolongan, tepatnya di belakang Royal Plaza Surabaya, 29 Mei 2025. (Foto: Martudji/Ketik.co.id)TPS di Jalan Jetis Kulon Pertolongan, tepatnya di belakang Royal Plaza Surabaya, 29 Mei 2025. (Foto: Martudji/Ketik.co.id)

Jalan ini, tergolong kelas kecamatan masuk wilayah Kecamatan Wonokromo setiap hari selalu padat. Penghubung vital bagi pengguna jalan dari Jalan Ahmad Yani, Wonokromo dan lainnya menuju kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Kepadatan pengendara dan keberadaan TPS tak ayal selalu menjadi perbincangan, ada yang menyebut lokasi penampungan sampah di wilayah itu sudah tidak layak.

"Menurut saya tidak layak, selain TPS itu sempit, menebar aroma tak sedap, juga berada di tikungan jalan yang selalu padat pengendara, ini jalan vital lho," ujar Gatot, seorang warga yang mengaku selalu melintasi jalan itu pagi dan sore hari tiap berangkat dan pulang kerja.

Selain pengendara, warga lain pemilik warung di sisi barat TPS juga merasakan hal yang sama. Sehari-hari melihat kepadatan lalu lintas, tumpukan dan aroma sampah tak terelak, harus dirasakan.

"Kalau bau ya begitu itu, namanya aja sampah. Tapi bagaimana lagi, di warung ini saya mencari nafkah," ucap Wati, pemilik warung dengan status sewa itu.

Apalagi saat proses pengangkutan sampah dari gerobak ke bak yang disebut kontainer penampungan, aroma tak sedap menebar mengikuti angin, tetesan sampah karena air menyusuri jalan juga tak terelak.

"Apalagi saat musim hujan, bau tak sedap sampeyan bisa merasakan sendiri," tambahnya, sambil meladeni seduhan kopi untuk mereka, pengendara ada pengemudi gojek, sales, juga pekerja pengangkut gerobak sampah di lokasi itu.

Foto TPS  di Jalan Jetis Kulon Pertolongan, tepatnya di belakang Royal Plaza Surabaya, 29 Mei 2025. (Foto: Martudji/Ketik.co.id)TPS di Jalan Jetis Kulon Pertolongan, tepatnya di belakang Royal Plaza Surabaya, 29 Mei 2025. (Foto: Martudji/Ketik.co.id)

Diperoleh informasi, gerobak pengangkut sampah banyak sekali jumlahnya. Gerobak-gerobak berisi sampah itu di ambil dari hunian warga se-Kecamatan Wonokromo. Setelah sampai, gerobak isi sampah tak semua dituang atau diturunkan, meski tukang pungut rongsokan bisa mengais isi sampah yang dinilai manfaat, bisa dijual.

"Gerobak isi sampah harus menunggu datangnya truk pengangkut. Kalau truknya datang baru dibongkar, terus dibawa ke penampungan," cerita seorang bapak warga RT 17, di dekat areal itu. Ia juga tak menampik kotor, bau dan kemacetan di wilayahnya.

"Ya, bagaimana lagi. Lokasi penampungan dibutuhkan untuk masyarakat di daerah ini. Kecuali pemerintah punya lahan lain," ucapnya, sambil menyebut iuran buang sampah Rp15 ribu per kepala keluarga (KK).

Dia kemudian bercerita, kalau TPS itu keberadaannya lebih dulu ada ketimbang hunian warga, khususnya perkampungan Jalan Jetis Kulon Pertolongan Surabaya, yang rumahnya juga ada di situ.

"Ini (TPS Jetis Kulon) lebih dulu ada, sebelum wilayah ini jadi perkampungan. Sejak saya SD (sekolah dasar) tempat ini sudah ada. Perkampungan di sini dulu diurugnya pakai buangan sampah. Dan, sekarang saya umur 52 tahun, bayangkan," ucap lelaki itu, saat ditemui di warung kopi di dekat TPS.

Dia menyebut, truk pengangkut sampak untuk pengambilan biasanya pagi, siang dan sore.

Senada dengan lelaki pertama, sebagai penghuni mereka menyadari kebutuhan tempat penampungan sampah tak bisa ditampik, dan risiko yang dikhawatirkan juga menjadi momok. Dia pun melontarkan permintaan agar Pemerintah Kota Surabaya memahami hal itu. Jika punya pandangan lahan lain, bisa menjadi alternatif, namun tidak memberatkan masyarakat setempat kalau membuang sampah tidak menempuh jarak yang jauh.

"Menurut saya pemerintah, entah melalui dinas apa, melakukan penyemprotan di wilayah sini, itu untuk menjaga kesehatan penghuni warga di sini, yang namanya penyakit kita tidak tahu," pintanya.

Dia menekankan, solusi harus dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk menjaga keseimbangan. Jika TPS itu keberadaannya tetapi di situ, masyarakat sekitar dipastikan tidak was-was. Saran dia, dilakukan penyemprotan berkala. Lokasi yang sempit itu juga harus di tata, dan harus selalu bersih. Untuk mengatasi kemacetan, juga diharapkan ada jalan keluar, agar pengguna jalan tetap nyaman. (*)

Tombol Google News

Tags:

sampah Surabaya HUT Ke-732 Surabaya Masalah sampah surabaya DLH Surabaya