KETIK, PACITAN – Sepuluh tahun sudah Misgiman (61) bekerja sebagai pengangkut sampah.
Usia yang sudah lanjut tak menghentikan semangat warga Lingkungan Slagi, Kelurahan Pacitan, Kabupaten Pacitan itu untuk mencari nafkah.
Setiap dua hari sekali sejak tahun 2015, Misgiman panggilannya, bekerja mengangkut sampah rumah tangga di rumah-rumah warga setempat.
Ia memulai hari lebih pagi dibanding matahari, yakni pukul 04.00 WIB.
Bermodalkan gerobak sampah berwarna biru kuning pemberian Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pacitan, dia berkeliling mengambil sampah dari tempat sampah yang diletakkan warga di depan rumah masing-masing.
Dalam pengangkutannya, Misgiman bisa memperoleh sampah sebanyak dua gerobak. Pun, ia butuh dua kali angkut untuk dirinya menyelesaikan tugas. Dengan wilayah sebanyak 70 rumah/KK di dua RT.
Ia lanjut, membuang sampah pada tempatnya.
"Sampah selanjutnya saya buang ke PDU Sampah Lingkungan Craken Kulon, Sumberharjo," bebernya kepada Ketik.co.id, Sabtu, 15 Maret 2024.
Misgiman mengaku sudah terbiasa melihat atau menghirup bau dari benda-benda tak sedap hasil sampah rumah tangga. Menurutnya, sampah bukan hal yang menjijikkan.
Dulu, sebelum adanya Misgiman, warga seenaknya menumpuk sampah. Apabila kemarau tumpukan sampah menggunung membuat bau dan pemandangan tak sedap.
"Sampah-sampah itu kadang dibiarkan mengalir di selokan hingga membuat aliran air mampet," ucapnya.
Sejak berjalannya aktivitas yang dilakukan Misgiman pemandangan tidak sedap itu sudah tak terlihat lagi. Saat itulah dia dinobatkan secara tidak langsung sebagai petugas kebersihan lingkungan oleh warga setempat.
Sambil memilah sampah, Misgiman juga bercerita soal penghasilannya.
Sebagai pengangkut sampah, Misgiman dibayar berlangganan oleh warga sekitar melalui pihak RT. Kata dia, satu rumah warga yang sampahnya ia angkut wajib membayar Rp35 ribu per bulan.
Sementara, Misgiman diberikan upah sebesar Rp1 juta 50 ribu rupiah.
"Saya tidak sendiri, ada tiga pengangkut sampah di lingkungan sini. Bagi kami sampah adalah berkah," ucapnya.
Dari hasilnya itu, Misgiman mengaku sangat bersyukur. Uang yang dia terima dari hasil mengangkut sampah itu bisa untuk menghidupi keluarganya.
"Alhamdulillah, bisa diberikan upah serta berbakti bagi alam dan lingkungan Pacitan," tandasnya. (*)