Sosok 10 Pemuda Pengguncang Dunia Impian Bung Karno

Editor: Moana

6 Maret 2023 02:29 6 Mar 2023 02:29

Thumbnail Sosok 10 Pemuda Pengguncang Dunia Impian Bung Karno Watermark Ketik
Bung Rizal Ramli (RR). (Foto : Istimewa)

Catatan Cahaya Sugiharto, sahabat DR Rizal Ramli

JIKA Bung Karno dalam hidupnya  bertemu dengan Bung RR yang masih muda, bukan tidak mungkin salah satu dari 10 pemuda itu adalah Bung RR. Semoga nasib kedua bung sama, sama-sama menjadi orang nomor satu di Indonesia. Karena mereka berdua adalah dua Bung ITB pengguncang dunia.

ADA ratusan ucapan Bung Karno yang populer  salah satunya adalah “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”.

Siapa 10 pemuda itu? Jika itu mengacu pada Bung Karno, tentu pemuda itu haruslah memiliki kesadaran membela orang kecil sejak masih muda, berpendidikan dan memiliki reputasi internasional. 

Mengapa? Ya, karena Bung Karno sejak masa mudanya menghabiskan waktunya untuk membela orang kecil, karena dari kecil sudah diasuh untuk simpati pada wong cilik.

Perhatian terhadap pendidikan orang kecil juga besar, ia pelopor untuk wajib belajar pada tahun 1950. Paling diingat mungkin, pertemuan Bung Karno dengan seorang petani penggarap sepetak tanah bernama Marhaen.

Perjumpaan dengan petani muda berbaju lusuh bernama Marhaen itu saat sekolah di ITB Bandung, semakin mengunggahnya untuk berpihak pada petani dan rakyat kecil.  

Soal pendidikan, Bung Karno luar biasa, tahun 1915, Bung Karno studi di Hogere Burger School (HBS) Surabaya dan kemudian tahun 1921 melanjutkan pendidikan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH) yang sekarang adalah ITB.  Bagi Bung Karno, pendidikan itu penting untuk mensejajarkan dirinya sama pintarnya dengan orang Belanda, waktu itu.

Dalam catatan Prof Dr Darwis Khudori yang seorang sejjarawan, Dosen Universitas Le Havre Normandy, Prancis dalam sebuah acara PDI Perjuangan di Surabaya mengungkapkan, ada banyak reputasi Bung Karno.   

Pidato pembelaan ”Indonesia Menggugat” yang ditulis dan dibacakan Bung Karno pada persidangan di tahun 1930 menjadi bukti nyata pandangan anti-imperialisme dan anti-kolonialisme yang dimilikinya. 

Tonggak sejarah terpenting Bung Karno lainnya adalah 1 Juni 1945,  ia membacakan rumusan dasar negara Pancasila di Sidang BPUPK ihwal kemerdekaan Indonesia saat Jepang masih kuat dan berkuasa. 

Bung Karno dengan kemampuan diplomasi, propaganda hingga strategi perangnya berhasil merebut Papua Barat.

Ia pun  mempelopori Konferensi Asia Afrika 1955, tujuan utama dilaksanakannya KAA adalah lahirnya Dasa Sila Bandung yang berisi tentang prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerjasama dunia. 

Hal fenomenal lainnya, pidato Bung Karno di Sidang Majelis Umum PBB ke-15 pada 30 September 1960 yang berjudul ”To Build the World A New” (Membangun Dunia Baru). 

Di arsip nasional diungkapkan, di hadapan para pemimpin dunia tersebut, Bung Karno  kembali menggugat kolonialisme dan imperialisme yang masih terjadi khususnya di Wilayah Asia dan Afrika. 

Presiden Sukarno saat itu menentang keras penggunaan senjata nuklir, kemudian yang paling penting dari pidato ini adalah sebuah ide untuk membentuk tata dunia yang baru di tengah perang dingin, ide untuk merestrukturisasi PBB dan ide untuk menjadikan Pancasila sebagai ideologi alternatif di dunia.

Jika meloncat pada masa kini, siapa kira-kira tokoh di Indonesia yang sejak masa mudanya sampai sekarang memiliki kemiripan dengan apa yang digapai Bung Karno. 

Apakah calon-calon presiden nanti memiliki kepekaan pada rakyat sejak masa mudanya? Memiliki pendidikan yang tinggi dan mempunyai pemikiran global dan memiliki  reputasi internasional ?

Kembali saya mengingat Bung Rizal Ramli (Bung RR). Lahir dari keluarga sederhana, bahkan sejak umur 8 tahun sudah yatim piatu dan harus berjuang mencari uang untuk melanjutkan sekolahnya di ITB, sekolah yang sama dengan idolanya, Bung Karno. 

Untuk dapat uang bayar kuliah, jadi penterjemah bahasa Inggris, jadi pengawas percetakan juga mau. Meski pas-pasan kuliah, tapi Bung RR berani melawan penguasa, melawan pemerintahan Soeharto dan dulu Bung Karno melawan pemerintah Belanda. Keduanya pernah sukses saat melawan kekuasaan, meski sempat masuk penjara.

Bung RR tergerak menjadi pembela wajib belajar setelah bertemu Sugriwa, anak seorang nelayan, yang semalam menangkap ikan bersamanya dan makan seadanya.  Pertemuan itulah yang membuat bung RR  "emosi" dan bersama kawan-kawannya berjuang agar program wajib belajar 6 tahun terlaksana. 

Hingga usianya sekarang, Bung RR masih membela rakyat kecil. Bung RR pernah mengkritik pemda DKI tahun 2016 soal  rakyat korban penggusuran. Di 2019, rumahnya pernah digeruduk oleh lima kopaja penuh orang orang kecil, mereka datang minta satu hal, kalau jadi presiden, harga pangan jangan mahal-mahal! 

Dulu mencari uang dengan menjadi penerjemah, tapi kemampuan Bahasa Inggrisnya dan kecintaanya pada matematika mengantarnya belajar ekonomi ke Amerika di Boston.  

Pecinta Albert Einstein ini lulus dengan mengondol gelar doktor tahun 1990, balik ke Indonesia bersama  beberapa orang ekonom lain seperti Arif Arryman, Laksamana dan M.S. Zulkarnaen mendirikan ECONIT Advisory Group. 

Bikin ECONIT nampaknya bukan untuk hanya untuk profesi, tapi menjadi “devil advocate“  bagi pemerintah Pak Harto,  dengan mengkritisi pemerintah agar berpihak pada kepentingan nasional, kepentingan rakyat.

Pulang dari Amerika kelasnya  bukan “pengamat ekonomi“, tapi kemampuan di tingkat internasional, Bung RR  pernah dipercaya sebagai anggota tim panel penasehat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  bersama 3 Ekonom Pemenang Nobel dan beberapa tokoh ekonom dari berbagai negara. 

Karena ingin fokus mengabdi pada negara dan bangsa Indonesia, Rizal pernah menolak tawaran jabatan internasional sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Economic & Social Commission of Asia and Pacific (ESCAP) yang ditawarkan PBB pada November 2013.

Soal relasi internasionalnya di PBB ini, Bung RR pernah menolong Pak Jokowi-Ahok dalam kasus MRT. Berteman dengan DR. Tanaka-san, Tim PBB dan Ketua JICA yang membiayai proyek-proyek Jepang di seluruh dunia, Bung RR meminta agar proyek di MRT jangan mahal-mahal. 

Lobby inilah yang kemudian menjadikan proyek MRT berjalan dan sangat bermanfaat hingga sekarang. Opini Bung RR pun banyak dimuat di berbagai media internasional seperti media di Singapura Straits Times, Business Time, New Srait Times Nakaydua dan media di Amerika  Wall Street Journal, The Diplomat, Nikeii Jepang dan lain-lain. 

Jadi, pemikiran-pemikirannya ini mendapat respon positif dari media internasional. Usia Bung RR mungkin sudah tidak muda lagi, tapi jiwanya masih muda dalam membela rakyat, berpendidikan tinggi hingga sanggup membawa Indonesia di pentas internasional. 

Jika Bung Karno dalam hidupnya  bertemu dengan Bung RR yang masih muda, bukan tidak mungkin salah satu dari 10 pemuda itu adalah Bung RR. Semoga nasib kedua bung sama,  sama-sama menjadi orang nomor satu di Indonesia.(*) 

 

Tombol Google News

Tags:

Bung Karno Bung RR Rizal Ramli