KETIK, SAMPANG – Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur, Nur Faizin menyayangkan ketidakhadiran Ketua Tim Panitia Seleksi (Pansel) Direksi dan Komisaris Bank Jatim, Prof Muhammad Nuh.
Menurut Faizin, kehadiran Nuh sangat diharapkan untuk membahas persoalan-persoalan yang melilit bank tersebut.
"Kami ingin memaparkan persoalan pelik Bank Jatim kepada Prof Nuh sebagai akibat buruknya manajemen Bank Jatim di bawah pimpinan direksi dan komisaris yang dulu dipilihnya," ujarnya dengan tegas, Sabtu, 17 Mei 2025.
Ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerima banyak laporan dari internal Bank Jatim terkait sistem manajemen target kredit yang dinilai membebani.
"Setiap Account Officer (AO) ditargetkan menyalurkan kredit sebesar Rp2,5 miliar, dan jika target tidak tercapai, maka manajemen Bank Jatim akan mengevaluasi mereka," jelasnya.
Selain itu, Nur Faizin juga menyebutkan adanya dugaan bahwa beberapa kredit yang disalurkan merupakan hasil intervensi langsung dari pihak manajemen puncak dan terkesan dipaksakan. Praktik ini diduga menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka kredit macet di Bank Jatim.
Oleh karena itu, pihaknya mendesak agar jajaran direksi dan komisaris yang saat ini menjabat untuk tidak kembali mencalonkan diri sebagai direksi maupun komisaris sebagai bentuk tanggung jawab atas buruknya manajemen Bank Jatim di bawah kepemimpinan mereka.
"Semua direksi dan komisaris yang sekarang menjabat tidak boleh mencalonkan dan dicalonkan lagi, sebagai bentuk tanggung jawab moril, itu penting untuk mengembalikan kepercayaan publik," tegas Nur Faizin.
Pihaknya juga menegaskan bahwa evaluasi menyeluruh terhadap manajemen Bank Jatim adalah langkah mutlak yang harus segera dilakukan. Mereka juga mendesak agar jajaran direksi dan komisaris bersikap kooperatif dan hadir dalam panggilan resmi selanjutnya guna menjelaskan berbagai persoalan yang kini menjadi perhatian publik.(*)
