Sumsel Uji Coba Kurikulum Muatan Lokal Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim di 34 Sekolah

24 Januari 2025 06:45 24 Jan 2025 06:45

Thumbnail Sumsel Uji Coba Kurikulum Muatan Lokal Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim di 34 Sekolah Watermark Ketik
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan resmi memulai uji coba kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim di 34 sekolah. (Dok Pemprov Sumsel)

KETIK, PALEMBANG – Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Pemprov Sumsel) resmi memulai uji coba kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim di 34 sekolah, terdiri dari 17 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 17 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tersebar di berbagai wilayah.

Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya Pemprov Sumsel dalam mendukung ketahanan pangan daerah di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.

Peluncuran uji coba kurikulum Mulok Pangan Lokal ini ditandai dengan penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) dan pengukuhan guru pelopor yang berlangsung pada Rabu, 22 Januari 2025. 

Acara ini dihadiri oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan, H. Awalluddin, M.Si., yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah dalam menerapkan kurikulum ini dengan optimal. Kurikulum tersebut dijadwalkan akan diimplementasikan selama semester genap, yaitu mulai Februari hingga Mei 2025.

Menurut Awalluddin, inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap meningkatnya dampak perubahan iklim di Sumatera Selatan, seperti bencana hidrometeorologi, kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sering terjadi.

“Edukasi tentang pangan lokal kepada siswa di sekolah sangat penting, mengingat tantangan perubahan iklim yang semakin nyata. Dengan kurikulum ini, diharapkan generasi muda dapat lebih memahami dan memanfaatkan sumber daya pangan lokal sebagai upaya menjaga ketahanan pangan daerah,” ujar Awalluddin.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa langkah-langkah proaktif seperti penerapan kurikulum berbasis pangan lokal akan sangat berperan dalam menciptakan masyarakat yang tangguh dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

“Salah satu langkah penting yang perlu diambil adalah menyiapkan generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Kita ingin memastikan bahwa mereka memiliki kesadaran dan keterampilan untuk mengelola sumber daya pangan lokal secara berkelanjutan,” tambahnya.

Kurikulum Mulok Pangan Lokal ini dikembangkan sebagai upaya untuk memperkenalkan dan memanfaatkan sumber daya pangan lokal yang beragam, dengan fokus pada bahan pangan yang mudah dijangkau dan dapat diandalkan, terutama dalam situasi krisis pangan akibat dampak perubahan iklim.

Kurikulum ini diharapkan dapat membangun kesadaran dan keterampilan siswa dalam mengidentifikasi, mengolah, dan memanfaatkan pangan lokal sebagai alternatif dari ketergantungan pada pangan impor.

Andre Ekadinata, Direktur Utama ICRAF Indonesia, sebagai mitra dalam pengembangan kurikulum ini, menjelaskan bahwa pendekatan dalam kurikulum pangan lokal ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya karena relevansinya yang lebih kontekstual dengan kondisi daerah setempat. 

“Penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahwa pangan lokal itu beragam, bukan hanya beras dan nasi. Mereka perlu memahami potensi sumber pangan lain yang bisa dimanfaatkan, seperti umbi-umbian, sagu, dan berbagai jenis tanaman lokal lainnya," ungkap Andre. 

Dengan pemahaman keragaman aneka pangan, diharapkan mereka akan lebih siap menghadapi kemungkinan krisis pangan di masa depan. 

ICRAF Indonesia, melalui proyek Land4Lives yang didukung oleh pemerintah Kanada, berperan aktif dalam mendukung Pemprov Sumsel dalam penyusunan dan implementasi kurikulum ini. Proyek ini berfokus pada mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan memperkuat ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal di berbagai wilayah.

Menurut Andre, pengembangan kurikulum ini dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk akademisi, pakar pangan lokal, serta praktisi pendidikan, guna memastikan bahwa materi yang disampaikan relevan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat Sumatera Selatan.

“Kita tidak hanya ingin memberikan teori, tetapi juga praktik langsung yang dapat diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendekatan dalam kurikulum ini bersifat aplikatif,” tambahnya.

 

Tantangan Implementasi dan Peran Guru dalam Kurikulum Pangan Lokal

Meskipun program ini menjanjikan potensi besar dalam memperkuat ketahanan pangan daerah, tantangan yang dihadapi dalam implementasi kurikulum ini cukup signifikan.

Salah satu tantangan utama adalah kapasitas para guru dalam memahami dan menyampaikan konsep pangan lokal dengan cara yang efektif kepada siswa.

“Pendidikan mengenai pangan lokal masih relatif baru di dunia pendidikan formal. Oleh karena itu, kami perlu memastikan bahwa para guru memiliki pemahaman yang sama tentang konsep pangan lokal dan cara mengajarkannya kepada siswa dengan metode yang menarik dan aplikatif,” ujar Andre.

Dalam rangka mengatasi tantangan ini, Dinas Pendidikan Sumatera Selatan bekerja sama dengan ICRAF Indonesia telah mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi para guru yang akan menjadi pelopor dalam implementasi kurikulum ini. Bimtek ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pemahaman tentang konsep ketahanan pangan berbasis pangan lokal hingga metode pengajaran yang kreatif dan inovatif.

Awalluddin menegaskan bahwa keterlibatan guru dalam implementasi kurikulum ini sangat krusial. 

“Guru adalah ujung tombak dalam keberhasilan program ini. Oleh karena itu, kami akan terus memberikan pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka agar mampu menyampaikan materi kurikulum dengan baik,” katanya.

Salah satu guru pelopor yang mengikuti Bimtek, Rina Setiawan, guru di SMA Negeri 3 Palembang, menyatakan antusiasmenya terhadap program ini.

Menurutnya, kurikulum ini memberikan wawasan baru bagi para guru dan siswa tentang pentingnya ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal. 

“Kami sangat mendukung upaya ini, karena selain meningkatkan pengetahuan siswa, juga dapat membangkitkan kembali minat terhadap pangan lokal yang selama ini kurang mendapatkan perhatian,” ujar Rina.

 

Harapan ke Depan: Pangan Lokal Sebagai Pilar Ketahanan Pangan Sumsel

Dengan pelaksanaan uji coba kurikulum ini, Pemprov Sumsel berharap dapat membangun fondasi yang kuat untuk ketahanan pangan berbasis pangan lokal di masa depan. Jika hasil uji coba ini menunjukkan dampak positif, maka kurikulum ini akan diperluas ke lebih banyak sekolah di Sumatera Selatan dan menjadi bagian dari kurikulum reguler di tingkat pendidikan menengah.

“Target jangka panjang kami adalah agar pemahaman tentang pangan lokal tidak hanya menjadi sebatas teori di dalam kelas, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Sumatera Selatan. Dengan begitu, kita dapat memanfaatkan kekayaan sumber daya pangan lokal secara optimal untuk menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin besar,” jelas Awalluddin.

Selain itu, diharapkan kurikulum ini dapat mendorong inovasi di sektor pertanian dan pangan berbasis lokal. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pangan lokal, akan muncul peluang ekonomi baru bagi petani dan pelaku usaha di sektor pangan di Sumatera Selatan.

Sumatera Selatan memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan pangan lokal, seperti beras lokal, sagu, ikan air tawar, serta berbagai hasil perkebunan seperti kopi dan karet. Dengan pemanfaatan yang lebih baik melalui edukasi yang tepat, daerah ini diharapkan dapat menjadi contoh dalam ketahanan pangan berbasis kearifan lokal.

Keberhasilan implementasi kurikulum Muatan Lokal Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim ini tidak hanya bergantung pada peran sekolah, tetapi juga dukungan dari seluruh elemen masyarakat, termasuk orang tua, pemerintah daerah, serta pelaku usaha di bidang pangan dan pertanian.

“Kolaborasi antara berbagai pihak sangat penting untuk mewujudkan tujuan ini. Kami berharap seluruh masyarakat dapat mendukung upaya ini demi masa depan ketahanan pangan yang lebih baik di Sumatera Selatan,” pungkas Awalluddin. (*) 

Tombol Google News

Tags:

Pemprop Sumsel Pangan Lokal krisis lokal kurikulum mulok krisis pangan