KETIK, SURABAYA – Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya Ahmad Nurjayanto menyoroti empat faktor utama dalam upaya penanganan banjir yang kerap melanda sejumlah wilayah di Kota Pahlawan.
Namun, politisi Golkar itu mengingatkan bahwa keberadaan pompa air saja tidak cukup, jika aliran air dari pemukiman menuju pompa masih tersendat.
“Pompa air sebanyak apa pun tidak akan efektif jika saluran air dari pemukiman masih tersumbat. Ini yang harus dipastikan berjalan lancar,” paparnya.
Tidak hanya faktor banyaknya pompa air tetapi juga harus memperhatikan konektivitas saluran air serta pemeliharaan.
“Ada empat faktor utama yang memengaruhi, kebiasaan masyarakat, konektivitas saluran, kondisi cuaca termasuk rob, serta pemeliharaan drainase,” ujar Nurjayanto.
Nurjayanto menyebut sekitar 70-80 persen saluran air di Surabaya sebenarnya sudah terkoneksi dengan baik.
Namun, masih ada daerah-daerah perkampungan yang sulit diakses karena pembangunan rumah warga tidak mempertimbangkan adanya aliran air.
Karena itulah, adanya penyempitan jalur air sehingga normalisasi harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih kompleks.
“Pemerintah kota harus mencari solusi bagaimana melakukan normalisasi di daerah-daerah yang sudah padat permukiman. Ini butuh diskusi yang matang, karena persoalannya bukan hanya teknis, tapi juga sosial,” papar Nurjayanto.
Saat ini, Panitia Khusus (Pansus) Banjir DPRD Surabaya tengah merumuskan strategi komprehensif untuk mengatasi banjir, dengan pendekatan berbasis pemetaan per kecamatan.
Langkah ini diambil karena sistem drainase sering kali melibatkan lebih dari satu kelurahan, sehingga perlu koordinasi yang lebih luas.
“Pansus ini tidak ingin terburu-buru, tapi juga tidak ingin berlarut-larut. Ini bukan hanya soal regulasi, tapi warisan kebijakan yang harus benar-benar efektif,” tegas Nurjayanto.
Ia juga menyoroti pentingnya pemeliharaan gorong-gorong yang selama ini sering terabaikan. Menurutnya saluran air yang baru dibangun seharusnya bisa bertahan puluhan tahun, tapi kenyataannya dalam hitungan tahun sudah tersumbat oleh sedimentasi.
"Kita butuh sistem pembersihan modern yang lebih cepat dan efisien,” paparnya.
Sebagai bagian dari target Surabaya bebas banjir pada 2026, pemerintah kota berencana menambah lima titik pompa air baru pada 2025. (*)