Tarif Impor Melonjak, Maskapai Tiongkok Kembalikan Pesawat Boeing

22 April 2025 10:50 22 Apr 2025 10:50

Thumbnail Tarif Impor Melonjak, Maskapai Tiongkok Kembalikan Pesawat Boeing
Aneka macam pesawat Boeing. (Foto: Boeing)

KETIK, JAKARTA – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terus memanas. Buruknya hubungan ini terus memakan korban, tidak hanya produsen barang konsumsi, kebijakan ini mengancam kelangsungan perusahaan pembuat pesawat asal AS, Boeing.

Dilansir The Guardian, Senin 21 April 2025, sebuah pesawat Boeing 737 MAX yang dicat dengan livery Xiamen Airlines, maskapai asal China, mendarat di pusat produksi Boeing di Seattle, AS, Minggu kemarin 20 April 2025 setelah menempuh perjalanan ribuan mil dari pusat penyelesaian pesawat Boeing di Zhoushan, China.

Pesawat Boeing tersebut seharusnya telah diserahkan kepada Xiamen Airlines, akan tetapi terpaksa dikembalikan ke Boeing di AS karena kebijakan tarif impor yang kian besar akibat dari perang dagang.

Seperti yang diketahui belum lama ini Presiden AS, Donal Trump telah menerapkan tarif impor tinggi untuk produk Tiongkok sebesar 145 persen. Tidak terima dengan sikap AS, Tiongkok pun membalas dengan menerapkan tarif impor sebesar 125 persen, ini berlaku untuk berbagai barang produksi AS termasuk produk-produk penerbangan strategis.

Akibat perang dagang ini Boeing terancam kehilangan banyak konsumennya. Jika berlangsung terus menerus hal ini akan berdampak pada keberlanjutan bisnis mereka yang saat ini beradaa di ujung tanduk karena harga yang melambung.

Menurut data Airways Magazine, sebanyak 130 pesawat Boeing dijadwalkan untuk dikirim ke China hingga akhir Maret lalu. Namun dengan kebijakan terbaru, semua pengiriman tersebut kini berada di zona abu-abu.

Di tengah gejolak ini, CEO Boeing, Kelly Ortberg, mengaku khawatir. Dalam sidang Senat AS, ia menyatakan bahwa 80 persen pesawat Boeing dijual ke luar negeri, dan menegaskan bahwa perusahaannya ingin menghindari situasi di mana pasar tertentu menjadi tertutup.

Ortberg menyebut Boeing masih memiliki sekitar setengah triliun dolar dalam pesanan tertunda yang nasibnya bisa berubah sewaktu-waktu jika ketidakpastian tarif terus berlanjut.

Tak hanya China, maskapai lain seperti Ryanair pun mulai mempertimbangkan penundaan pengiriman. CEO Michael O’Leary mengatakan kepada Financial Times bahwa mereka akan menerima 25 pesawat Boeing mulai Agustus. 

"Tapi kami mungkin akan menundanya dan berharap akal sehat menang," kata Ortberg.

Akibat dari perang dagang ini, berbagai pihak terkait seperti produsen pesawat, perusahaan penerbangan, serta para pemasok komponen, kini tengah melakukan peninjauan ulang terhadap kontrak-kontrak bernilai miliaran dolar yang sebelumnya telah disepakati. (*)

Tombol Google News

Tags:

Tiongkok AS Perang Dagang boeing tarif impor