KETIK, ACEH SINGKIL – Masyarakat Aceh Singkil sedang dihebhkan dengan ceramah seorang ustadz bernama Drs. Ameer Hamzah, M. Si. Ceramah tersebut menimbulkan keresahan bagi masyarakat Aceh Singkil. Sebab, dalam ceramah yang diunggah di YouTube, Ustadz Ameer Hamzah menuding bahwa makam Syekh Abdurrauf As-Singkili di desa Kilangan, kecamatan Singkil, kabupaten Aceh Singkil, sebagai berhala palsu.
Syekh Abdurrauf selama ini dikenal sebagai ulama sufi yang hidup di abad XVII M. Ia menjadi sosok ulama besar yang dihormati masyarakat Aceh pada masa hidupnya.
Dalam video itu, Ustadz Ameer Hamzah mengatakan bahwa yang benar makam ulama Syekh Abdurrauf berada di Kuala Aceh. “Bagaimana yang di Singkil? Itu berhala palsu, kapan orang meninggal pindah ke Singkil,” ucapnya dengan lantang.
Tak pelak, ceramah Ustadz Ameer Hamzah membuat banyak masyarakat di Aceh Singkil dan Kota Subulussalam (kota hasil pemekaran Aceh Singkil) merasa tersinggung.
Ilmuwan asal Aceh Singkil, Prof Dr Teungku Damanhuri Basyir menilai, ceramah Ustadz Ameer Hamzah sangat melukai perasaan masyarakat Aceh Singkil. Karenanya, ia sangat menyayangkan pernyataan di video itu bisa terlontar dari seorang ustadz pemberani.
“Para cendikiawan, sejarawan, dan ulama di Indonesia, bahkan dunia mengakui dan sepakat, Syekh Abdurrauf As-Singkili adalah sosok ulama memiliki ilmu yang luas dan bertalenta,” ujar ilmuwan 62 tahun kelahiran desa Gosong Telaga, Singkil Utara itu, saat dihubungi melalui sambungan telepon dari Banda Aceh pada Kamis, 9 April 2025.
Sejarah mencatat, Syekh Abdurrauf As-Singkili, putra kelahiran Uruk Datar, Suro, Singkil, tahun 1024 H atau 1615 M. Putra Syekh Ali Fansuri dan ibu Alum, di usia 27 tahun sudah melanglang buana menuntut ilmu selama 19 tahun kepada 29 guru di Timur Tengah.
Setelah belajar selama 19 tahun di Timur Tengah, kata Basyir, ia kembali ke Aceh, lalu menjadi guru dan mubaligh yang berpengaruh, menulis puluhan kitab yang sangat bernas.
Kitab-kitab yang ditulis Syekh Abdurrauf As-Singkili itu, kata Damanhuri, meliputi kitab Tafsir, Hadis, dan Fikih. Sisanya kitab tasawuf.
Salah satu mahakarya Syekh Abdurrauf As-Singkili yang dianggap fenomenal, yakni tafsir Tarjuman al Mustofid. Tafsir ini merupakan masterpiece yang pertama di Nusantara dengan menggunakan bahasa Melayu.
“Kehadiran tafsir Tarjuman al-mustafid, menjadi perbincangan aktual di kalangan ilmuwan dan ulama baik di Indonesia, maupun mancanegara,” ujarnya.
Syekh Abdurrauf As-Singkili juga memiliki banyak murid yang alim dan berakhlakul karimah.
“Beliau juga berjasa mengembangkan Islam di Nusantara dan mendirikan dayah atau tempat mengaji. Tidak hanya itu, Syekh Abdurrauf As-Singkili juga pernah menjadi pejabat teras, Mufti Malikul Adil di Kesultanan Aceh Darussalam, yakni dimasa Sultanah Sri Ratu Safiatuddin,” lanjut Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh ini.
Syekh Abdurrauf As-Singkili juga berhasil menata pemerintahan dan tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan di Aceh, berbasis syariah. Buktinya, tambah Basyir, ada 'Hadih Maja', yang sangat populer dan fenomenal di Aceh yang berbunyi sebagai berikut:
"Adat bak Potroe Meureuhoom, hukom bak Syi'ah kuala, kanun bak poetroe phang, Reusam bak Lakseumana, Hukom ngon adat, lagee zat ngon sifeut, "
Atas semua itu, sambung Basyir, bahwa Syekh Abdurrauf As-Singkili, telah berkiprah dan berkarya untuk memajukan peradaban dunia yang bersyariah terangnya.
Sehingga sebagai putra dan masyarakat Aceh Singkil, jelas video tersebut sangat menyinggung hati, terlebih itu diucapkan oleh seorang muslim yang berilmu.
“Selain menyayat hati, video itu juga dinilai membuat kegaduhan di tengah-tengah umat yang terasa selama ini telah begitu adem dan teduh,” ungkapnya. (*)