KETIK, MALANG – Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar kegiatan Tasawuf dengan menghadirkan Al-Sheikh Al-Sayyid Afeefuddin Al-Jailani ulama dari Baghdad, Irak, Senin, 28 April 2025 malam. Dalam kegiatan tersebut, membahas pentingnya ilmu dalam Islam.
Sheikh Afeefuddin merupakan keturunan langsung ke-19 dari ulama Islam paling terkemuka, Al-Sheikh Al-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani RA. Di hadapan mahasiswa Unisma, ia mengungkapkan kebahagiaannya dapat berada di taman ilmu.
“Bagaimana saya tidak bahagia ketika berada di taman ilmu. Al-Qur'an mengajarkan kita hal yang sangat penting bahwa ilmu harus ada sebelum zikir,” ujarnya.
Hal tersebut sesuai dengan kalimat yang pertama kali turun dalam Al-Quran ialah Iqra, barulah setelah itu perintah untuk berzikir. Dengan demikian zikir yang dilakukan manusia, adalah menggunakan ilmu, bukan ketidaktahuan.
Maka universitas pertama kali di dunia adalah Universitas Goa Hiro, di mana Nabi Muhammad menerima perintah untuk membaca melalui malaikat Jibril dari Allah, lanjutnya.
Rasulullah juga bersabda bahwa siapa saja yang menempuh perjalanan bersentuhan dengan ilmu, akan dimudahkan perjalanannya oleh Allah. Sheikh Afeefuddin mengatakan bahwa layaknya pohon, ilmu adalah buahnya dan disirami udara berupa ikhlas.
“Unisma ini didirikan dengan penuh keikhlasan dari tokoh NU untuk menjadi tempat mencari ilmu bagi para pencari ilmu,” jelasnya.
Untuk menjadi universitas unggul, Unisma harus menempuh 3 hal, yakni dengan ilmu, mengajar, dan belajar. Dengan mengkaji dan mempelajari keilmuan, harus diimbangi dengan ikhlas.
"Kuncinya adalah ikhlas karena agama. Ikhlas butuh hati bersih. Hati yang bersih butuh takziyah yaitu mengolah hati. Tazkiyah butuh mujahadah yaitu perjuangan. Untuk menghilangkan sifat buruk dan menyempurnakannya dengan sifat hormat," terangnya.
Sementara itu, Prof Junaidi selaku Rektor Unisma menjelaskan proses mengkaji ilmu yang terus dikembangkan Unisma. Bahkan kerjasama di lingkup nasional dan internasional tak henti-hentinya dilakukan.
“Kehadiran beliau adalah keberkahan kita semua. Untuk memberikan pencerahan kepada kita mengenai kajian tasawuf dan doa untuk kebaikan kita semua,” ujar Prof Junaidi.
Upaya ilmu juga dilakukan Unisma melalui proses MoU dengan Observatorium Al Azhar untuk Memerangi Ekstremisme. Ia berharap kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dapat terus dilakukan, termasuk dengan Irak.
"Dalam waktu dekat kalau sudah bertemu tanggal, waktunya, kita akan menandatangani MoU itu. Mudah-mudahan kita bisa merintis kerjasama dengan perguruan tinggi di Irak," tutupnya. (*)