KETIK, HALMAHERA SELATAN – Sebagai upaya mewujudkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang inklusif dan kondusif, Bawaslu Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) menggelar kegiatan Gerakan Perempuan Mengawasi pada Selasa, 22 Oktober 2024 di UMKM Milenial Bacan Selatan.
Kegiatan dengan tujuan mendorong partisipasi perempuan dalam mengawasi Pilkada di Halsel ini, menghadirkan 3 pembicara dari tokoh perempuan yakni, Demisioner KPU Halsel Rusna Ahmad, Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama Halsel Mizna Laila Albar, dan Ketua Komunitas Jurnalis Halsel (KJH) Aisyah Damra Kamarullah.
Ketiga narasumber didampingi anggota Bawaslu Halsel Hans William Kurama beserta staf. Hadir pula perwakilan Kohati Kosariat Bacan, Kopri PMII Halsel beserta Perempuan Milenial Kristiani.
"Kegiatan ini penting untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pengawasan Pilkada serentak 2024," ujar Willi, sapaan akrab Hans William Kurama.
Sementara itu, Rusna Ahmad menyampaikan, perempuan di Halsel belum terlalu aktif diberi ruang oleh partai politik, meski kehadiran perempuan telah diatur dalam undang-undang.
“Keterlibatan perempuan dalam kaderisasi partai politik sangat penting, namun sayangnya, perempuan sering hanya dilibatkan pada saat pemilihan,” ungkap Rusna.
Peserta Kegiatan Gerakan Perempuan Mengawasi Pilkada Halsel 2024 (Foto: Mursal Bahtiar/Ketik.co.id)
Berbeda dengan Rusna, Mizna Laila Albar mengingatkan para peserta kegiatan untuk tidak terlibat dalam praktik politik busuk yang bukan hanya dilarang oleh aturan, namun juga dilarang agama.
“Politik uang sudah mengakar di masyarakat kita. Dalam Islam, yang menyuap dan disuap sama-sama berdosa dan tempatnya di neraka,” tegas Mizna.
Senada dengan Mizna, Ketua KJH sekaligus satu-satunya wartawan perempuan di Halsel, Aisyah Damra Kamarullah mengungkapkan pentingnya peran jurnalis dalam mengawasi Pilkada dengan segala resiko.
Echa sapaan karib Aisyah Kamarullah bilang, perempuan memiliki peran penting dalam berbagai aspek. Bagi Echa, perempuan bukan saja mengurusi rumah tangga tapi juga harus memiliki peran ekstra seperti yang dilakoninya.
“Perempuan harus terlibat dalam berbagai profesi, termasuk sebagai wartawan. Meski ada risiko intimidasi dan ancaman, hal ini tidak boleh mengurangi semangat kita untuk menyajikan informasi yang benar kepada masyarakat,” jelasnya
“Karena kontribusi perempuan dalam profesi ini sangat dibutuhkan untuk memastikan informasi yang akurat dan transparansi dalam proses pemilihan, sekaligus mencerminkan inklusivitas dan kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat,” sambung Echa menutup pemaparannya.(*)