Bak 'Kutu Loncat' Eks Wali Kota Malang Abah Anton Pindah ke Golkar, Begini Kata Pakar UB

30 April 2025 22:20 30 Apr 2025 22:20

Thumbnail Bak 'Kutu Loncat' Eks Wali Kota Malang Abah Anton Pindah ke Golkar, Begini Kata Pakar UB
Eks Wali Kota Malang Abah Anton ketika menerima KTA Partai Golkar. (Foto: Dok Golkar)

KETIK, MALANG Kabar mengejutkan datang dari Politisi sekaligus eks Wali Kota Malang periode 2013-2018 Moch Anton. Abah Anton sapaan akrabnya resmi bergabung dengan Partai Golkar.

Abah Anton telah menerima Kartu Tanda Anggota atau KTA Partai Golkar. KTA tersebut diserahkan Sekjen DPP Golkar M Sarmuji di Jakarta, Senin, 28 April 2024.

“Saya sudah berpikir secara matang untuk memilih langkah politik ini. Bismillah, bergabung bersama Partai Golkar,” ujar Abah Anton dalam keterangannya.

Sementara itu, Pakar politik Universitas Brawijaya (UB), Wimmy Halim melihat adanya potensi persaingan dengan kader yang sudah lama berada di Partai Golkar. Langkah tersebut juga tidak bisa dilepaskan dari kepentingan pribadi dan strategi rebranding pasca dirinya keluar dari penjara.

"Potensi itu akan selalu ada di politisi. Kalau kita berharap stabil-stabil aja, sulit di politik karena konflik itu keniscayaan. Jadi ya kita lihat aja ke depan," ujarnya, Rabu, 30 April 2025.

Loncatan politik Abah Anton yang dilakukan secara pragmatis dapat memicu ketegangan internal. Khususnya resistensi dari kader-kader lama yang telah membangun dan menjaga struktur partai. Tak terkecuali Sofyan Edi Jarwoko, Mantan Wakil Wali Kota Malang yang termasuk tokoh paling menonjol dari Partai Golkar.

“Di satu sisi bisa jadi Abah Anton melihat tidak ada sosok yang menonjol di Golkar. Itu yang saya lihat ada simbiosis mutualisme antara Abah Anton dan Golkar,” jelasnya. 

Bukan tak mungkin bila Abah Anton dapat menggantikan posisi Bung Edy sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Malang. Didukung dengan daya pikat dan modal sosial yang sudah dibangun sejak sebelum menjadi Wali Kota Malang 2013. 

"Modal kapital yang cukup, modal sosial yang mumpuni juga. Siapa parpol yang gak mau didatangi oleh Abah Anton. Sehemat saya gak lama pasti Abah Anton jadi pimpinan partai di Golkar Kota Malang," tandasnya. 

Konflik dalam dunia politik adalah keniscayaan. Menurut Wimmy, jika kemunculan Abah Anton memicu konflik internal, hanya perlu melihat kubu mana yang memiliki kekuatan lebih besar. 

Pergolakan politik seperti itu pernah terjadi sebelumya di PKB. Saat mencalonkan diri sebagai Wali Kota Malang periode 2013-2018 Abah Anton diusung oleh Gerindra, bersama Sutiaji dari PKB. Namun tak berselang lama, Abah Anton pindah haluan ke PKB.

"Jika terjadi konflik di Golkar, tinggal melihat orang yang kekuasaannya lebih besar. Bisa jadi Abah Anton yang keluar cari parpol baru atau justru pihak lain. Itu kan terjadi dulu di PKB. Pak Sutiaji padahal jadi orang lama di NU dan PKB, pada saat itu harus keluar dan pindah ke Demokrat," jelasnya. 

Bergabungnya Abah Anton ke Partai Golkar memang tak dilakukan di tahun-tahun politik. Ini menyiratkan adanya kepentingan jangka panjang yang sedang direncanakan.

Wimmy melihat kecenderungan Abah Anton memilih parpol tanpa adanya pola kaderisasi berjenjang seperti PKB dan PDIP. Ia cenderung menjadi politisi yang mengandalkan personal branding dibandingkan ideologi partai.

"Bisa jadi merasa memiliki modal yang cukup karena citra Abah Anton ini sudah dibangun lama. Terbukti blusukannya itu strategi politik beliau sangat besar. Politisi seperti ini punya paradigma kalau bisa politik kendaraan itu harus ikut dengan dia," tuturnya.

Diperoleh dari data dan fakta yang ada, tidak hanya sekali ini Abah Anton pindah atau loncat partai politik. Pada Februari tahun 2014 lalu Abah Anton berlatar belakang pengusaha ini melakukan hal sama lompat partai dari Gerindra ke PKB.

Setelah menjadi Wali Kota Malang terpilih Mei 2013, pada Februari 2014 Abah Anton pindah ke PKB. Sekadar informasi, pada Pilkada 2013, Gerindra dan PKB berkoalisi mengusung Abah Anton dan Sutiaji.

Tak hanya pindah partai, Abah Anton ditetapkan sebagai tersangka bancaan Korupsi oleh KPK pada Maret 2018 lalu. Pada tanggal 29 Maret 2020, Abah Anton bebas dari LP Porong Jatim menjalani masa tahanan selama 2 tahun.

Pada tahun 2024, Abah Anton mencalonkan diri sebagai Calon Wali Kota Malang bersama pasangannya Dimyati Ayatulloh. Sayangnya ia tidak berhasil memenangkan kontestasi Pilkada. 

Karena dikalahkan Paslon Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin yang memperoleh 203.257 suara. Sedangkan Abah Anton dan Dimyati Ayatulloh memperoleh 132.258 suara. (*)

 

Tombol Google News

Tags:

eks Wali Kota Malang Abah Anton Moch Anton Kota Malang Golkar