KETIK, SURABAYA – Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Rudijanta Tjahja Nugraha menyambut positif gagasan yang dipaparkan Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Koordinator Daerah Jawa Timur dalam membantu upaya pelestarian alam dengan pembentukan kader konservasi. Itu terlontar dalam acara diskusi FK3I Korda Jatim dengan TNBTS, di Kantor Balai TNBTS, Kota Malang, Jumat 16 Mei 2025.
"Kami menyambut baik inisiatif FK3I untuk pembentukan kader konservasi di bawah pembinaan langsung Balai Besar TNBTS, sebagai bagian dari strategi pelibatan masyarakat,” ungkap Rudijanta Tjahja Nugraha.
Dalam diskusi dan melalui paparannya, FK3I tak henti memperkuat jejaring kolaboratif. Itu dilakukan guna mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.
Turut hadir dalam diskusi tersebut jajaran dari TNBTS mendampingi Rudijanta Tjahja, di antaranya Toni Artaka (Pengendali Ekosistem Hutan), Lina (Penyuluh Muda), Rahmat Purna Wijaya (Penyuluh Ahli Pratama), dan Hanung Anggara (Penyuluh Muda). Sementara, dari FK3I ada Aminudin yang juga sebagai Humas FK3I Jatim, Bayu Ketua Korwil Surabaya, Andi dari pengelola kawasan TWA Gunung Baung.
Dalam paparannya, FK3I menyampaikan portofolio kegiatan yang telah dilakukan di berbagai wilayah di Jawa Timur. Kegiatan tersebut meliputi edukasi masyarakat, penyadartahuan publik, dan aksi konservasi lapangan yang dilakukan baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan pihak lain.
FK3I juga mengusulkan agar Balai TNBTS dapat turut menginisiasi pembentukan kader konservasi di kawasan taman nasional.
"Kader ini nantinya diharapkan mampu membantu tugas-tugas konservasi, terutama dalam merespons interaksi manusia dengan satwa liar dan mendorong literasi ekologi di masyarakat," ujar Aminudin.
Senada, Lina selaku Penyuluh Muda menambahkan bahwa program ini akan lebih efektif jika disinergikan dengan komunitas yang sudah ada, seperti Green Youth Movement maupun kelompok masyarakat di wilayah penyangga TNBTS.
Toni Artaka menekankan pentingnya keberlanjutan program. Ia menyoroti perlunya dukungan fasilitas dan sistem evaluasi yang jelas agar pembinaan kader konservasi dapat berjalan optimal dan berkelanjutan.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam ini dinilai menjadi langkah awal yang kuat dalam membangun sinergi antara lembaga konservasi pemerintah dan komunitas masyarakat. Diharapkan kolaborasi ini akan memperluas jangkauan program cinta alam, khususnya di kawasan konservasi prioritas seperti TNBTS. (*)