KETIK, SURABAYA – Banyaknya kasus pencabulan kepada anak di Indonesia membuat legislator DPD RI asal Surabaya Lia Istifhama prihatin.
Salah satu kasus pencabulan yang menjadi perhatian adalah kasus yang terjadi di Bangkalan. Seorang santriwati berusia 13 tahun menjadi korban pencabulan oleh oknum pengasuh salah satu pesantren di Kecamatan Socah, Bangkalan, Madura.
"Ini merupakan tamparan untuk kita semua, mengapa kejadian miris seperti ini terjadi lagi,” terang Lia, Jumat, 1 November 2024.
Lia menjelaskan, ada dua pekerjaan rumah (PR) besar dalam menyelesaikan kejahatan pencabulan anak di bawah umur. “Perlu adanya peran serta semua pihak terutama masyarakat yang menjalankan fungsi controlling pencegahan tindakan pencabulan dan tindakan kuratif berbentuk sanksi sosial pada pelaku,” tegas senator yang juga warga nahdliyyin itu.
Dia menambahkan, ada juga polemik implementasi hukuman kebiri yang belum mulus dieksekusi. Kondisi ini membuat Lia merasa makin prihatin.
"Sebagai contoh pada 2019 lalu, Hukuman kebiri kimia yang dijatuhkan Hakim Pengadilan Negeri Mojokerto kepada pelaku pemerkosaan anak ternyata belum bisa dieksekusi karena belum adanya petunjuk teknis, sekalipun kebiri kimia telah dilegalkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak,” terangnya.
Keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa itu berharap Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Arifatul Fauzi memberikan atensi khusus akan masalah ini.
“Sosok beliau saya kira sangat mampu menjadi tumpuan harapan atas problem pencabulan anak yang masih marak terjadi. Dan saya sangat yakin salah satu solusi terefektif adalah implementasi hukuman kebiri karena sekaligus upaya preventif tindakan serupa di lain kesempatan," ucapnya.
Wanita yang akrab disapa Ning Lia ini juga menyebut peran penting keluarga. Keluarga sebagai unit sosial terkecil harus mampu melindungi anak sebagai bagian dari kelompok rentan.
"Sekaligus, bagaimana keluarga menjadi peran sentral pembentuk mental kuat dan tangguh agar anak-anak mampu memiliki ketahanan menghindari potensi kejahatan seksual,” ucapnya.
Selain itu Ning Lia menambahkan jika bekal Iman kepada sang buah hati juga sangat penting. “Kemudian sebagai orang tua, kita harus memberi contoh yang baik agar anak-anak memiliki referensi yang tepat, karena apapun anak-anak ini menjadikan orang tua ini contoh dalam perbuatan sehari-hari mereka. Pendekatan agama dengan pembekalan iman yang kuat, merupakan indikator penting,” tambahnya.
Senator muda Indonesia itu pun menambahkan, penting juga filterisasi digital atas potensi pencabulan maupun kejahatan seksual lainnya.
“Kalau bicara preventif, filterisasi konten sosial media atau apapun konten di digital menjadi atensi bersama. Karena jika konten pornografi dan pornoaksi masih marak dengan alasan hiburan belaka, maka ini sama saja menumbuhkembangkan kerusakan moral dan mental semua pihak,” ucapnya. (*)