Berharap Sentuhan Tangan Dingin Sang 'Master Class' Indra Sjafri di AFC U-20 2025

Jurnalis: Agus Riyanto
Editor: Muhammad Faizin

1 Januari 2025 18:38 1 Jan 2025 18:38

Thumbnail Berharap Sentuhan Tangan Dingin Sang 'Master Class' Indra Sjafri di AFC U-20 2025 Watermark Ketik
Agus Riyanto, jurnalis ketik.co.id

KETIK, TRENGGALEK – Setelah gagal di Piala AFF 2024/2025 untuk level senior, Indonesia kembali akan tampil di level yang lebih tinggi yakni, Piala Asia U-20 atau AFC U-20 ASIAN CUP 2025.

Adalah Indra Sjafri yang didapuk menjadi juru taktik Timnas Indonesia di ajang yang akan berlangsung di Cina 6-23 Februari 2025. Indonesia berada di grup C bersama Uzbekistan, Iran dan Yaman.

Ditunjuknya Indra Sjafri sebagai juru taktik bukan tanpa alasan. Setidaknya 4 tropi sudah dipersembahkan untuk Indonesia. Piala AFF U-17 2013, Piala AFF U-22 2019, Medali Emas SEA Games 2023 dan Piala AFF U-19 2024. Catatan mentereng ini pula yang semakin menguatkan dukungan pecinta sepak bola di tanah air akan kepiawaian pelatih asal Sumbar tersebut.

Di Piala Asia U-20 Februari mendatang, diakui atau tidak Indonesia masuk grup berat. Nama Iran dan Uzbekistan akan menjadi momok. Namun, untuk level yunior kedua negara tersebut tidak setangguh level seniornya. Bahkan Iran pernah dihancurkan Bagus Kahfi dan kolegannya 2-0 pada Piala Asia U-16 2018.

Justru Uzbekistan yang sedikit agak mengganggu. Dari 6 kali pertemuan Indonesia tidak pernah menang di semua kelompok umur.

Prestasi Indra Sjafri tidak ada obatnya di kawasan Asia Tenggara

Semua pecinta sepak bola di kawasan Asia Tenggara kenal betul dengan pelatih Indonesia yang selalu tampil dengan jaket parasitnya saat memimpin anak asuhnya bertanding.

Bahkan, beberapa negara pun mengakui jika Indra Sjafri adalah pelatih terhebat sepanjang sejarah di persepakbolaan Indonesia. Tak terkecuali taktik tiki taka nya yang mengundang decak kagum. Termasuk Argentina U-20 yang pernah dipermak 2-1 dalam sebuah turnamen di Seoul, Korsel.

Bekal pengalaman di Asia juga bukan kaleng-kaleng

Pada tahun 2018, Indonesia hampir lolos ke putaran final Piala Dunia U-20 Polandia. Sayangnya, Indonesia kalah 0-2 dari Jepang di babak perempat final. Dan Indra Sjafri lah aktornya.

Saat kalah melawan Jepang kala itu, nama Witan Sulaiman, Asnawi, Rahmad Irianto dan Saddil Ramdhani menjadi tulang-punggung.

 

Jarang menggunakan taktik negative football

Salah satu kelebihan dari taktik Indra Sjafri adalah selalu bermain offensif sejak kick off dimulai, tanpa melihat lawan yang dihadapi. Kalau toh harus menjaga kedalaman, Indra sapaan akrabnya pasti akan melakukan serangan balik mematikan.

Kita masih ingat, di babak semi final SEA Games 2023 saat melawan Vietnam. Indonesia hanya bermain dengan 10 pemain. Serangan 7 hari 7 malam Vietnam seakan meruntuhkan semangat pecinta sepak bola di tanah air. Faktanya, melalui serangan balik cepat, Vietnam dihukum di menit akhir babak tambahan waktu.

Pun demikian saat di laga final melawan tim Gajah Perang Thailand, taktik bermain terbuka tetap menjadi ciri khasnya. Thailand pun dibekuk dengan skor telak 5-2.

Komunikasi dengan anak asuhnya berjalan dengan baik dan selalu jadi panutan

Tak hanya di tengah lapangan, di luar lapangan pun komunikasi Indra Sjafri dan anak asuhnya berjalan cukup baik. Bahkan tak lebih hubungan antara seorang anak dan bapak. Kondisi ini tentu menjadi modal penting saat menjalankan instruksi di tengah lapangan.

Selain tu, komunikasi dengan jajaran asisten pelatih juga berjalan dengan baik. Tak terkecuali tidak egois dalam memecahakan sebuah persoalan. (*) 

Tombol Google News

Tags:

Berharap sentuhan tangan dingin sang Master class Indra Sjafri di AFC u 20