Bicara Kepemimpinan Perempuan di Hari Santri, Nur Rofiah: Semua Manusia Punya Mandat Sama

Jurnalis: Siti Fatimah
Editor: Mustopa

22 Oktober 2024 13:06 22 Okt 2024 13:06

Thumbnail Bicara Kepemimpinan Perempuan di Hari Santri, Nur Rofiah: Semua Manusia Punya Mandat Sama Watermark Ketik
Dr. Nur Rofiah (kiri) bersama Alissa Qotrunnada putri Gus Dur di acara KUPI (Foto: Instagram @nrofiah)

KETIK, SURABAYA – Berbicara soal kepemimpinan perempuan di Hari Santri Nasional, Dosen Ilmu Tafsir Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta, Dr. Nur Rofiah menjelaskan bahwa semua manusia punya mandat sama sebagai khalifah di muka bumi.

Menurutnya, semua orang punya kesempatan untuk melakukan kebaikan seluas-luasnya, termasuk menjadi pemimpin.

Seperti laki-laki, baginya perempuan punya kesempatan sama untuk berkiprah di manapun. Sebab perempuan bukan hanya khalifah fil bait (pemimpin di rumah), tetapi khalifah fil ardh (pemimpin di bumi). 

Sehingga perempuan juga mengemban amanah untuk memberikan kemaslahatan seluas-luasnya baik dalam lingkup internal maupun eksternal. 

"Perempuan itu termasuk khalifah fil ardh sekaligus fil bait, sama kaya laki-laki. Maka punya kesempatan untuk menjadi pemimpin di ruang publik. Karena pemahaman manusia sebagai khalifah fil ardh itu menggeser cara pandang sebelumnya yang melihat perempuan sebagai harta yang disimpan di dalam rumah," terangnya, Sabtu 19 Oktober 2024. 

Founder Ngaji Keadilan Gender Islam (KGI) ini menepis anggapan yang beredar bahwa untuk melindungi perempuan, baiknya tidak menjadikan mereka sebagai pemimpin, seperti di momen Pilkada seperti ini.

"Menurut saya itu ucapan yang manipulatif. Seakan-akan mau melindungi tapi aslinya mau meminggirkan. Justru sebagai khalifah fil ard, perempuan punya kesempatan untuk jadi pemimpin," tegas Nur Rofiah.

Lebih dalam, anggota Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ini berpendapat seharusnya laki-laki dan perempuan harus saling bekerja sama dalam mewujudkan kebaikan di dalam maupun di luar rumah.

Karena keduanya sama-sama manusia sekaligus hamba Allah yang memiliki tugas sama di muka bumi, yakni menyebarkan kebaikan di manapun. 

Soal kepemimpinan, lanjutnya, semestinya tidak didasarkan pada jenis kelamin, tetapi pada kapasitas calon pemimpin tersebut. 

"Bagaimana cara mengukurnya? Dia punya gak sifat shidiq (jujur), amanah, tabligh (menyampaikan kebaikan) dan fathanah (cerdas). Tentu saja tidak se-level rasul, tapi mana di antara mereka yang mendekati sifat itu. Bukan berdasar pada jenis kelamin," papar akademisi sekaligus ulama perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah itu.

Dia merespons momen Pilkada di Jawa Timur yang diisi oleh 3 srikandi. Baginya, ini adalah perkembangan sangat baik karena perempuan-perempuan Jawa Timur lebih siap untuk menjadi pemimpin di level provinsi. 

"Ini menjadi konsekuensi logis dari terbukanya ruang publik untuk laki-laki dan perempuan. Siapapun yang punya kapasitas dan kemampuan untuk maju ya dia akan maju," terangnya.

Di momen Hari Santri Nasional ini, dia berpendapat santri sekarang bisa menjadi apa saja yang mereka inginkan. 

Karena saat ini akses santri berkiprah sebagai pemimpin di berbagai sendi kehidupan sudah terbuka lebar. 

"Sekarang sudah terbuka lebar sekali. Tinggal santrinya mau apa enggak dan bagaimana mereka memantaskan diri. Mungkin kalau dulu jarang ya melihat santri kok jadi pejabat, sekarang tidak," katanya.

Dari sini Nur Rofiah berharap pihak pesantren benar-benar mempersiapkan jiwa kepemimpinan santri.

Terutama membentuk karakter jujur, amanah, mampu menyampaikan kebenaran dan cerdas. Cerdas dalam mengambil keputusan tepat bahkan di situasi tidak ideal sekalipun.

"Pesantren perlu menggembleng kepemimpinan santri, karena peluang untuk menjadi pemimpin di luar publik itu semakin besar. Sama untuk perempuan juga semakin besar," tutupnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

Hari Santri Nasional Kepemimpinan perempuan Pilkada 2024 Nur Rofiah