Delegasi YCC Surabaya Soroti Dampak Sampah Bagi Perubahan Iklim Global

7 Mei 2025 15:30 7 Mei 2025 15:30

Thumbnail Delegasi YCC Surabaya Soroti Dampak Sampah Bagi Perubahan Iklim Global
(Kiri) Nafas Triwidiawati dan Mohamad Riski yang mewakili YCC 2025. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Delegasi dari Youth City Change (YCC) 2025 Surabaya tampil dalam forum Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) VII 2025 dengan membawakan paparan penting mengenai keterkaitan antara sampah dan perubahan iklim di Indonesia.

Dua delegasi dari Kota Surabaya, Nafas Triwidiawati dan Mohamad Riski, turut ambil bagian dengan mengusung solusi inovatif terkait pengelolaan sampah.

Nafas menyampaikan bahwa masalah pengelolaan sampah merupakan isu nasional yang mendesak untuk diselesaikan.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Nafas dan Riski menggagas aplikasi "Smart Waste Sorting" sebagai solusi penanganan permasalahan sampah di Kota Surabaya.

“Sebenarnya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah memiliki aplikasi Si Basam untuk pengelolaan sampah. Aplikasi Smart Waste Sorting ini merupakan pengembangan lebih lanjut yang kami rancang sebagai wadah kolaborasi pentahelix, menghubungkan masyarakat, sektor pemerintah, industri, dan pelaku usaha," jelas Nafas ditulis pada Rabu 7 Mei 2025.

Pada YCC 2025, Nafas mengusung jargon inspiratif 'Satu Kali Pilah Sampah, Sejuta Manfaat untuk Bumi,' ini menekankan pentingnya inisiatif pemilahan sampah dari tingkat rumah tangga.

Nafas menambahkan status Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dengan tingginya jumlah kafe dan potensi timbulan sampah yang signifikan di Tempat Penampungan Sementara (TPS).

“Dengan penerapan pemilahan sampah dari rumah, petugas akan sangat terbantu karena proses pemilahan sudah dilakukan dari lingkup terkecil," tegasnya.

Nafas berbagi pengalamannya dalam konservasi lingkungan serta praktik pengomposan sampah organik di tingkat rumah tangga.

Menurutnya, tindakan sederhana itu akan memberikan kontribusi besar dalam pengelolaan sampah di unit terkecil, yaitu rumah tangga.

"Kami ingin merealisasikan praktik baik ini dan menjalin kolaborasi dengan program pengomposan yang sudah berjalan di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya," ungkapnya.

Alasan mendasar Nafas mengangkat isu sampah dalam YCC 2025 adalah karena Indonesia tengah menghadapi kondisi darurat sampah. Ia khawatir jika kondisi ini terus diabaikan, maka situasi akan semakin memburuk.

“Ini adalah aksi iklim. Jika kita tidak terus menyuarakan dan mengambil tindakan nyata, situasinya akan semakin parah. Meskipun sistem pengelolaan sampah di Surabaya sudah tergolong baik dengan adanya PLTSA, kolaborasi aktif antar anak muda perlu ditingkatkan," katanya.

Mohamad Riski menekankan betapa pentingnya peran aktif anak muda sebagai agen perubahan perilaku masyarakat dalam hal pengelolaan sampah.

“Sebagai generasi muda, kita harus menjadi teladan bagi masyarakat Surabaya untuk memilah sampah organik dan anorganik dari rumah,"jelasnya.

"Sampah organik memiliki potensi untuk diolah menjadi kompos yang bermanfaat, sementara sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi," tutur Riski.

Riski memiliki keyakinan kuat bahwa pengaruh positif dari kalangan muda dapat mendorong peningkatan kesadaran masyarakat Surabaya secara keseluruhan terhadap isu pengelolaan sampah. (*)

Tombol Google News

Tags:

YCC delegasi YCC Surabaya Nafas Triwidiawati Mohamad Riski apeksi APEKSI VII APEKSI Surabaya