KETIK, SURABAYA – Sebanyak 221 desa di Jawa Timur menjadi desa devisa pada tahun 2024, jumlah ini meningkat dibanding tahun 2023 yang hanya 149 desa. Terbentuknya desa devisa sebagai upaya memanfaatkan potensi sumber daya alam maupun manusia yang ada di desa tersebut.
"Dengan begitu desa ini bisa memanfaatkan potensi yang ada pada desa tersebut yang bisa meningkatkan ekonomi," beber Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri (PPLN) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur Erivina Lucky Kristian, Jumat, 7 Februari 2025.
Lucky mengatakan tujuan desa devisa ni mendorong ekspor dari sektor Industri yang ada di wilayah pedesaan di Jawa Timur. Selain itu, mendayagunakan potensi atau keunikan khas pedesaan dan menjadi desa yang berdaya dari segi ekonomi dan digitalisasi melalui pengembangan industri dan perdagangan.
"Mendorong peningkatan nilai ekonomi produktif sehingga menurunkan angka kemiskinan di wilayah pedesaan," katanya.
Menurutnya, 221 desa devisa tersebut terbagi menjadi 40 desa fashion seperti batik dan tenun. Kemudian 16 desa perikanan dan hasil laut, 50 desa kakao, 26 desa makanan dan minuman, 24 desa furniture dan home decor, 11 desa kelapa dan turunan, 17 desa kopi, dan 38 desa rempah.
Sementara anggota DPRD Jawa Timur Puguh Wiji Pamungkas mengapresiasi pertumbuhan signifikan Desa Devisa di Jatim. Peningkatan itu menjadi salah satu pertumbuhan ekonomi di pedesaan, sehingga akan berdampak kepada kemakmuran warganya. "Saya kira itu menarik karena mayoritas wilayah Jawa Timur adalah pedesaan," katanya.
Menurutnya pertumbuhan Desa Devisa di Jatim melonjak setiap tahunnya. Angka itu naik signifikan menjadi 149 pada tahun 2023. "Itu adalah solusi di tengah masyoritas Jawa Timur terdiri dari pedesaan," pungkasnya. (*)