Hexareef, Inovasi Guru Besar ITS Jaga Kepunahan Terumbu Karang dari Ganasnya Gelombang Laut

24 April 2025 09:02 24 Apr 2025 09:02

Thumbnail Hexareef, Inovasi Guru Besar ITS Jaga Kepunahan Terumbu Karang dari Ganasnya Gelombang Laut
Desain Hexareef karya Prof Ir Haryo Dwito Armono ST MEng PhD. (Foto: Humas ITS)

KETIK, SURABAYA – Ganasnya ombak di sejumlah perairan Indonesia tak hanya menggerus garis pantai, tapi juga menantang kemampuan manusia untuk menjaga keseimbangan antara alam dan kehidupan.

Untuk mengatasi fenomena ini Guru Besar ke-220 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Ir Haryo Dwito Armono ST MEng PhD IPM ASEAN Eng menginovasikan terumbu karang dengan struktur pemecah gelombang yang memanfaatkan terumbu karang buatan sebagai upaya building with nature.

Profesor dari Departemen Teknik Kelautan ITS ini menjelaskan bahwa building with nature adalah konsep pembangunan yang mengintegrasikan proses alami dalam perencanaan dan desain infrastruktur.

Haryo memanfaatkan terumbu karang buatan sebagai bentuk pendekatan untuk mengembalikan keberadaan terumbu karang yang kini mulai punah.

Bahkan, ia menyebutkan bahwa dalam 20 tahun ke depan, 70-90 persen keberadaan terumbu karang di Indonesia terancam punah.

Hal ini pun semakin didukung dengan adanya pemanasan global yang menyebabkan kenaikan suhu air laut.

“Jika terus dibiarkan, keberadaan ikan pun akan terancam dan hasil tangkap ikan nelayan ikut menurun,” tuturnya melalui keterangan tertulis pada Kamis 24 April 2025.

Foto Prof Ir Haryo Dwito menjelaskan Hexareef dalam orasi ilmiahnya. (Foto: Humas ITS)Prof Ir Haryo Dwito menjelaskan Hexareef dalam orasi ilmiahnya. (Foto: Humas ITS)

Lebih lanjut, lelaki kelahiran Belitung, itu mengungkapkan jika efek samping pemanasan global juga menyebabkan naiknya permukaan air laut.

Hal ini dapat menyebabkan bencana seperti abrasi pantai. Haryo menjelaskan, abrasi pantai disebabkan oleh hantaman ombak yang terus menerus, sehingga menyebabkan perubahan garis pantai.

“Jika tidak diatasi, abrasi pantai dapat merusak fasilitas sekaligus rumah warga yang ada di sekitarnya,” jelasnya.

Melalui orasi ilmiah untuk pengukuhannya sebagai profesor ITS, Haryo pun menggagas inovasi yang mampu mengatasi kedua masalah tersebut.

Ia menciptakan struktur pelindung pantai ramah lingkungan bernama Hexareef. Ini merupakan batuan pemecah gelombang berbentuk segi enam yang ditanamkan vegetasi terumbu karang buatan di permukaannya.

“Di tiap sisi juga dilengkapi beberapa lubang untuk memudahkan sirkulasi arus gelombang laut sehingga tidak merusak struktur,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Prof Haryo menyebutkan bahwa batuan tersebut memiliki diameter 60 sentimeter dengan tinggi 80 sentimeter.

Dalam aplikasinya, struktur pemecah gelombang itu disusun terendam di bawah permukaan air laut. Posisi batuan dipasang sejajar satu sama lain hingga mencapai panjang kurang lebih 50-100 meter.

Tidak hanya dimanfaatkan sebagai pemecah gelombang, Hexareef juga bermanfaat sebagai salah satu objek wisata bahari.

Hal ini disebabkan karena terumbu karang yang ada di permukaan batuan memiliki daya tarik tersendiri untuk memikat mata para pengunjung.

“Suasana saat sunset dan sunrise bersama dengan deburan ombak pun semakin menambah keindahan pantai,” beber pengajar di Laboratorium Teknik Pantai dan Pelabuhan, Departemen Teknik Kelautan ITS ini.  (*)

Tombol Google News

Tags:

ITS Gubes ITS Guru Besar ITS institut 10 nopember Prof Haryo Departemen Teknik Kelautan Inovasi inovasi gubes ITS