Gencarkan Pengendalian Diabetes Melitus dan Leptospirosis, Dinkes Sleman Gandeng Peneliti UMY

27 Mei 2025 18:47 27 Mei 2025 18:47

Thumbnail Gencarkan Pengendalian Diabetes Melitus dan Leptospirosis, Dinkes Sleman Gandeng Peneliti UMY
Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sleman, dr Cahya Purnama M Kes (tengah, kiri) bersama peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dr Mahendra. (Foto: Dinkes Sleman / Ketik.co.id)

KETIK, SLEMAN – Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sleman, dr Cahya Purnama M Kes, mengungkapkan pihaknya beberapa waktu lalu telah membahas inovasi teknologi kesehatan untuk mendukung program penurunan Diabetes Melitus (DM). Serta upaya pengendalian penyakit menular, khususnya Leptospirosis.

Cahya Purnama, Selasa 27 Mei 2025,
menyampaikan, salah satu fokus utama pembahasan yang dilakukan dalam forum yang dihadiri oleh seluruh Kepala Puskesmas yang ada di Sleman tersebut adalah mengenai inovasi teknologi kesehatan dan penelitian terkait upaya mendukung program penurunan DM  di Kabupaten Sleman.

Disebutkan, peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dr Mahendra beserta tim mereka, tengah mengembangkan alat deteksi dini berbasis teknologi inframerah. Alat ini dirancang sebagai alternatif non-invasif bagi masyarakat yang enggan menjalani pemeriksaan secara konvensional.

Dalam paparannya dr Mahendra mengungkapkan bahwa ide penelitian tersebut lahir dari keprihatinan terhadap kurangnya minat masyarakat untuk melakukan skrining DM karena takut jarum suntik dan malas antre lama di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.

Meski begitu, Mahendra mengakui bahwa pengembangan teknologi ini masih menghadapi tantangan. Salah satunya adalah tingkat akurasi yang belum maksimal.

"Karena dalam beberapa kasus, kelemahan glucometer adalah kadang masih ada yang tidak terbaca. Sehingga saat ini inovasi alat tersebut masih dalam tahap uji dan pengembangan," ujarnya. 

Sebagai bagian dari implementasi awal, Kadinkes Sleman Cahya Purnama mengungkapkan bahwa alat ini akan didistribusikan secara simbolis bersama dengan kuesioner ke empat Puskesmas di wilayah Sleman, yakni Puskesmas Mlati II, Depok 3, Seyegan, dan Minggir.

Harapannya, penelitian tersebut mampu menjadi langkah awal menuju teknologi kesehatan yang lebih inklusif dan ramah pengguna. Sehingga mampu menciptakan kenyamanan seumur hidup.

Selain itu ia juga menyebutkan bahwa Dinkes Sleman juga terus menyoroti tren peningkatan kasus Leptospirosis yang saat ini mencapai tiga puluhan kasus.

Leptospirosis atau yang sering dikenal sebagai "penyakit kencing tikus" adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi. 

"Di Kabupaten Sleman, terdapat kasus leptospirosis dan bahkan beberapa kasus kematian, sehingga masyarakat perlu mewaspadai penyakit ini," tutur Cahya. 

"Bakteri Leptospira dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi, seperti tikus, sapi, anjing, dan babi. Bakteri ini dapat masuk ke tubuh melalui mulut, hidung, mata, atau luka pada kulit," sambungnya. 

Menurut Cahya Purnama penyebaran penyakit ini erat kaitannya dengan permasalahan sampah dan populasi tikus, terutama di wilayah yang memiliki banyak sawah.

Sebagai respons, Dinas Kesehatan Sleman berencana untuk menginisiasi kerja sama lintas sektor dalam bentuk MoU. Serta mengangkat status pengendalian tikus menjadi darurat (SOS). (*)

Tombol Google News

Tags:

Bupati Sleman Harda Kiswaya Dinkes Sleman Kadinkes Sleman Teknologi Kesehatan diabetes melitus Leptospirosis Inovasi Kesehatan Masyarakat Sleman Peneliti UMY dr Mahendra