IHSG Menurun Tipis Setelah 2 Minggu Menguat

Jurnalis: Husni Habib
Editor: Marno

8 April 2023 12:56 8 Apr 2023 12:56

Thumbnail IHSG Menurun Tipis Setelah 2 Minggu Menguat Watermark Ketik
Ilustrasi. ( Foto: Pexels)

KETIK, JAKARTA – Setelah dua pekan terpantau menguat secara beruntun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini Sabtu (8/4/2023) terpantau mengalami penurunan tipis sebesar 0,18% ke 6.792,76. 

Pergerakan IHSG cenderung mirip dengan bursa saham AS (Wall Street) yang juga mengalami pelemahan . Pelaku pasar masih menanti rilis data tenaga kerja AS versi pemerintah yang dirilis Jumat kemarin.

Walaupun terpantau melemah, namun investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 1,9 triliun, dan jika ditambah dengan pasar nego dan tunai nilainya bertambah menjadi Rp 2,5 triliun.

Melansir dari data yang dirilis pada jumat (7/4/2023) lalu, mencatatkan pasar tenaga kerja masih kuat. Sepanjang Maret perekonomian AS dilaporkan mampu menyerap 236.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls), sejalan dengan ekspektasi analis.

Disamping itu, akibat dari pasar tenaga kerja yang masih menguat dan inflasi yang sulit turun membuat banyak pihak memprediksi jika bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga pada Mei.

Dari dalam negeri, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi perhatian pekan ini setelah melakukan stock split.

Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta mengungkapkan saham BMRI masih cukup menjanjikan terutama untuk investasi jangka panjang. Secara teknikal target harga BMRI di kisaran Rp 5.500-5.800/ saham.

Artinya masih ada potensi kenaikan harga 10,47% yang membuat BMRI menjadi incaran. Dia juga mengatakan usaistock splitini, menjadi saat yang tepat untuk mengakumulasi saham BMRI.

"Likuiditas pasar finansial lebih memadai, dan membuat harga saham bank buku 4 dengan kapitalisasi besar seperti BMRI menarik untuk dicermati jangka panjang. Saham tersebut juga menjadi penopang IHSG dan menjadi salah satu yang paling kuat," kata Nafan.

Sementara itu, Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, jika BMRI memiliki prospek dan nilai fundamental yang cukup baik untuk dijadikan elemen investasi. Hal ini terlihat dari data 10 tahun terakhir yang mencatat pertumbuhan sebesar 12,1% per tahun dan pendapatan tumbuh 13,2% per tahun dalam 10 tahun terakhir.

"Kami melihat pasca 2023 valuasi saham-saham perbankan Indonesia akan mengalami peningkatan terkhusus bank BUMN yang saat ini terpaut jauh gap rasio PBV dibandingkan BBCA. Target Harga saham Rp 6.590 atau merefleksikan nilai PBV 2023 sebesar 2,4 kali," pungkas Alfred.(*)

Tombol Google News

Tags:

IHSG Ekonomi Inflasi Saham bursa investor Bank Indonesia