KETIK, BLITAR – Eks Wakil Bupati Blitar, Rahmat Santoso, akhirnya angkat bicara terkait berbagai sorotan yang mengarah pada Bupati Blitar, Rini Syarifah atau yang akrab disapa Mak Rini, usai kekalahannya di Pilkada Kabupaten Blitar 2024.
Rahmat, yang pernah mendampingi Mak Rini selama sekitar 2,5 tahun, memberikan pandangan berbeda tentang gaya kepemimpinan mantan koleganya itu.
Saat dihubungi melalui sambungan telepon di sela ibadah umrah, Sabtu 28 Desember 2024, Rahmat menilai kepemimpinan Mak Rini cukup baik, terutama dalam merespons persoalan masyarakat.
“Kepemimpinannya bagus, sangat responsif terhadap keluhan masyarakat. Contohnya, protes dari Gendro Wulandari soal tanah redis di Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, langsung ditangani hingga selesai,” ungkapnya.
Rahmat, yang kini menjadi calon legislatif DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) untuk daerah pemilihan Bojonegoro-Tuban, juga menyoroti kiprah Mak Rini sebagai Ketua DPC PKB Kabupaten Blitar.
Menurutnya, posisi itu menunjukkan kapasitas Mak Rini yang layak untuk melangkah ke jenjang politik lebih tinggi.
“Sekarang saja sudah menjadi Ketua DPC PKB di Blitar dan Wakil Ketua di Jawa Timur. Dengan prestasi dan modal suara 21 persen di Pilkada 2024, itu sudah cukup menjadi modal kuat untuk posisi lebih strategis, bahkan di tingkat pusat,” ujar Rahmat optimistis.
Namun, di balik pujian Rahmat, kondisi di lapangan menunjukkan dinamika yang berbeda. Pasca kekalahan di Pilkada 2024, Mak Rini jarang terlihat di hadapan publik.
Terakhir, ia menghadiri rapat paripurna DPRD Kabupaten Blitar pada 30 November 2024. Setelah itu, berbagai tugas kedinasan, termasuk acara bersama Forkopimda hingga penerimaan penghargaan, diwakilkan kepada Sekda Kabupaten Blitar, Izul Marom.
Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Supriadi, turut memberikan pernyataan terkait situasi ini. Ia berharap Mak Rini tetap menjalankan tugasnya hingga masa jabatan berakhir pada Februari 2025.
“Kami menghimbau agar Bupati tetap aktif dan menjalankan tugas pemerintahan sampai akhir masa jabatan, demi masyarakat Kabupaten Blitar,” tegas Supriadi.
Tak hanya di tataran pemerintahan, sorotan terhadap Mak Rini juga datang dari internal PKB. Beberapa Pengurus Anak Cabang (PAC) menyuarakan kekecewaan atas kurangnya konsolidasi organisasi di bawah kepemimpinannya.
“Selama kepemimpinan Mak Rini, partai terasa kurang berjalan maksimal. Konsolidasi hanya terlihat menjelang Pilkada kemarin,” ungkap salah satu kader PKB yang enggan disebutkan namanya.
Rahmat Santoso menutup komentarnya dengan optimisme bahwa kontribusi Mak Rini tetap memiliki nilai penting, baik sebagai kepala daerah maupun di dunia politik.
“Kalah di Pilkada bukan akhir. Masih ada ruang pengabdian, termasuk melalui Pilkades, karena modal suara 21 persen itu sangat baik. Yang terpenting adalah tetap melayani masyarakat,” tandas Rahmat.
Sorotan terhadap kepemimpinan Mak Rini akan terus menjadi perhatian, terutama di penghujung masa jabatannya. Masyarakat Kabupaten Blitar kini menantikan langkah dan keputusan strategis dari pemimpin mereka sebelum periode berakhir.(*)