KETIK, LUMAJANG – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lumajang resmi mengusulkan dua orang peraih penghargaan Kalpataru untuk menerima Apresiasi Kalpataru Lestari Nasional Tahun 2025 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Kedua orang tersebut adalah Kelompok Pelestari Sumberdaya Alam (KPSA) Kalijambe, pelestari hutan bambu di Candipuro, dan Sucipto, penggagas Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
Keduanya dinilai tidak hanya konsisten dalam menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga mampu menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang luas serta menjadi model penggerak partisipasi masyarakat.
“Kita tahu bersama, baik KPSA Kalijambe maupun Pak Sucipto telah memberikan kontribusi nyata dan berkelanjutan dalam pelestarian lingkungan," ujar Kepala Bidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Lumajang Gunawan Eko saat dikonfirmasi di sela kegiatannya, Senin, 19 Mei 2025.
"KPSA aktif merawat ekosistem hutan bambu yang menjaga debit air dan mencegah longsor. Sementara Pak Sucipto mengembangkan energi terbarukan berbasis mikrohidro untuk memenuhi kebutuhan listrik warga,” sambungnya.
Apresiasi Kalpataru Lestari adalah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada para penerima Kalpataru terdahulu yang terus berkarya dan menjaga semangat pelestarian lingkungan secara berkelanjutan.
Syarat utama penerima antara lain adalah keberlanjutan aksi, dampak positif terhadap ekologi dan ekonomi lokal, jejaring kemitraan, serta keterlibatan generasi muda.
Gunawan menegaskan bahwa Pemkab Lumajang tidak sekadar mengusulkan, tetapi membawa pesan penting tentang keteladanan, keberlanjutan, dan inovasi lokal yang layak mendapat panggung nasional.
“Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan atas semangat tanpa henti para pejuang lingkungan. Mereka adalah contoh bahwa perubahan tidak harus dimulai dari pusat, tetapi bisa tumbuh dari akar rumput, dari desa-desa, dan menjadi nyala inspirasi bagi daerah lain,” imbuhnya.
KPSA Kalijambe telah menjaga ekosistem hutan bambu selama lebih dari satu dekade. Peran mereka tidak hanya ekologis, tapi juga ekonomis menghidupi masyarakat melalui produk-produk bambu ramah lingkungan dan edukasi konservasi untuk anak-anak sekolah.
Sementara itu, PLTMH yang digagas Sucipto bukan hanya menerangi rumah warga, tetapi juga membuka peluang usaha kecil berbasis energi terbarukan.
Usulan ini merupakan upaya DLH Lumajang untuk mengangkat tokoh pelestari lingkungan yang terbukti membangun ketahanan lingkungan dan sosial secara simultan.
Di tengah krisis iklim global, kisah KPSA dan Sucipto mengingatkan bahwa solusi-solusi berdaya guna bisa tumbuh dari lokalitas, dari gotong royong, dan dari kesadaran kolektif untuk menjaga warisan alam bagi generasi mendatang.(*)