KETIK, MALANG – Dinamika politik jelang Pemilu 2024 terus berkembang. Menyikapi hal itu, PBNU memastikan warga Nahdliyyin taat terhadap Rais Aam, termasuk pada pelaksanaan Pemilu 2024.
Hal itu disampaikan Ketua PBNU Bidang Keagamaan sekaligus Pengasuh Ponpes An Nur 1 Bululawang Kabupaten Malang, KH Ahmad Fahrur Rozi menyikapi salah satu dinamika yang ada jelang Pemilu 2024, yakni pernyataan viral Nadirsyah Hosen (Gus Nadir).
Dalam video viral yang beredar di media sosial yang dikaitkan jelang Pemilu tersebut, Gus Nadir menyebut pimpinan tertinggi NU, bukan Rais Aam, melainkan para Kiai Langitan.
"Rais Aam adalah pemimpin tertinggi dan ketua umum yang sebenarnya dalam tradisi NU, sedangkan Ketum Tanfidziyah adalah pelaksana, ibarat kiai dalam pengasuh pesantren dengan lurah di pondok pesantren," ujar Gus Fahrur sapaan akrabnya.
Menurut Gus Fahrur, secara aturan sudah seharusnya semua warga NU termasuk Ketum PBNU dan jajaran tanfidziyah selaku pelaksana wajib, taat kepada titah Rais Aam selaku pemimpin Syuriyah NU tertinggi.
"Di dalam Anggaran Dasar NU disebutkan bahwa Syuriyah adalah pemimpin tertinggi Nahdlatul ulama dan mengendalikan kebijakan umum organisasi," tegasnya.
Gus Fahrur menambahkan, sejauh ini, kaum Nahdliyin sangat patuh dan mendengar saran nasehat Rais Aam. "Kami yakin warga Nahdliyin sudah cerdas semua ya, warga Nahdliyin sangat patuh terhadap Rais Aam, termasuk dalam pemilu Pilpres tahun ini," terangnya.
Sebagai informasi, Rais 'Aam adalah jabatan paling tinggi di dalam tubuh kepengurusan Nahdlatul Ulama. Keberadannya ada di dalam jajaran syuriah atau sesepuh yang dimuliakan. Jabatan Rais Aam dibantu oleh Wakil, Katib Aam, dan A'wan.
Jabatan Rais 'Aam pertama kali dalam struktur NU diemban KH. Hasyim Asy'ari dengan gelar Rais Akbar. Sebab yang bersangkutan sebagai pendiri sekaligus pimpinan tertinggi pertama kali di dalam Nahdlatul Ulama ketika itu.
Sepeninggal KH. Hasyim Asy’ari, jabatan tertinggi tidak lagi disebut Rais Akbar, melainkan Rais Aam. Saat ini pejabat Rais Aam masa khidmat 2022-2027 adalah KH. Miftachul Akhyar. (*)